Kamis, 28 Februari 2013

Aku Kangen Bunda

Bismillahirrahmannirrahiim...



"Bunda cepat pulaaaaang...!"

Kalimat itu tersamar dengan tangisan panjang Hilman. Hari keempatku di Yogya dari lima hari kepergianku, suami menelpon tapi langsung diberikan pada Hilman. Dari seberang aku dengar Hilman menangis sesenggukan. Tidak jelas dia mengatakan apa. Sedih rasanya mendengar tangisan sesak tertahannya. Semakin aku tanya, semakin kencang tangisnya. Sampai akhirnya dia meneriakkan kalimat,"Bunda cepat pulaaaaang!" Kemudian telepon diputus.

Seketika aku merasa dadaku sesak. Tiba-tiba aku berpikir, apakah keberadaanku di Yogya adalah benar. Tujuan utamaku ke Yogya adalah untuk melepaskan segala tumpukan rinduku pada bapak dan ibu. Beberapa hari sebelum berangkat, aku gelisah sekali ingin bertemu bapak dan ibu. Kangen sekali dengan pelukan, perhatian dan segalanya dari bapak dan ibu. Sampai akhirnya aku minta ijin pada suami dan anak-anak untuk ke Yogya. Kebetulan ada saudara yang mau pulang membawa mobil. Jadi bisa bareng.  Alhamdulillah mereka mengijinkan.

Waktu aku tinggal memang Hilman belum begitu sehat. Masih ada batuk dan masih harus intensif minum madu, sari kurma dan habbatussaudahnya. Aku sampai bertanya berkali-kali minta ijin padanya.

"Bunda boleh pergi nggak, sayang...?"
"Boleh... Nggak apa-apa kok..."
"Bener Hilman ijinin bunda ke Yogya?"
"Iya... Bunda pergi aja... Aku bisa kok."

Anak-anak bukannya tidak pernah aku tinggal. Sering kok aku dan ayahnya pergi menginap satu sampai tiga malam. Biasanya juga nggak apa-apa. Kebetulan punya asisten rumah tangga yang amat bertanggung jawab dengan tugasnya. Hanya saja kemaren ini keadaan rumah memang sedang sedikit lesu karena kami baru saja bergantian sakit, dan kebetulan Hilman yang terakhir sembuh.

"Maafkan bunda, Hilman... Maafkan kalau bunda salah. Ya Allah... benarkah keberadaanku ditempat ini sekarang?"

Beberapa saat setelah Hilman menutup teleponnya, aku menelpon balik ke Hilman.

"Hilman kenapa nangis? Bunda tadi nggak dengar Hilman ngomong apa."
"Heheee... ngga apa-apa kok, Bun..."
"Ada apa... bilang dong sama bunda...?"
"Hmmm... Aku kangen bunda."
"Oooh... sama... Bunda juga kangen Hilman. Bunda besok pagi pulang kok naik kereta. Insya Allah sore udah sampai. Besok kita ketemu ya, Nak... Hilman jangan nangis lagi ya..."
"Aku mau ikut jemput ke stasiun ya, Bun..."
"Waahhh... asyik dong, bunda mau dijemput Hilman..."
bla..bla..bla...

Perasaanku tenang kembali mendengar Hilman sudah bisa tertawa di telpon. Segera kulanjutkan pekerjaanku untuk persiapan kopdar dengan teman-teman blogger Yogya. Bukan mengabaikan keluarga di Jakarta, tapi aku nikmati berkah silaturahim dengan teman-teman. Merasa bahagia dengan perjumpaan nyata dari teman-teman dunia maya.

Sepulangku dari Yogya, banyak cerita dari bibir-bibir tersayangku. Masing-masing anak punya cerita sendiri. Luthfan cerita bagaimana murungnya Hilman dan kemudian bisa kembali ceria setelah dapat telpon dari bunda. Banyak sekali cerita seru dan "tidak nyaman" selama tak ada bunda. Melepas rindu dengan berkumpul di kamar rasanya damai sekali hati.

"Halaqah jam berapa tadi?" (anak-anak punya jadwal halaqah hari Ahad. Kadang pagi, kadang sore)
"Jam 5.30," jawab Luthfan.
"Oh ya... Hebat dong bisa sepagi itu. Siapa yang bangunin subuh?" Biasanya aku yang membelai mereka untuk membangunkan subuh.
"Mas Luthfan, Bun... Galak banget dia mbanguninnya..." Hilman menjawab sambil mendorong badan Luthfan.
"Habisnya pada susah dibangunin, ya udah teriakin ajaa.."
"Alhamdulillah... anak-anak bunda hebat semua...! Terima kasih ya nak... Bunda bangga deh sama kalian semua..."

Bersyukur sejak guru halaqah kami, Bu Hani, tinggal bersama kami, jadwal halaqah bisa jadi sesudah subuh. Bu Hani menyampaikan ke anak-anak belajar lebih baik saat pagi. Otak masih segar. Belajar Alqur'an sebaiknya jangan di sisa waktu. Maka pagi hari adalah waktu yang paling bagus. Alhamdulillah anak-anak tidak ada yang keberatan. Padahal sebelumnya, mereka kalau hari Ahad, sesudah subuh langsung tidur lagi. Bangun sudah agak siangan. Kecuali kalau mau ada rencana sepedaan atau yang lain.

Begitulah sisi lain dari kepergianku selama lima hari ke Yogya. Ada sedih meninggalkan anak-anak dan suami, ada bahagia bertemu dengan bapak ibu juga teman-teman, ada hikmah yang bisa dipetik. Kemandirian anak-anak jadi teruji. Rasa saling membutuhkan jadi makin kuat. Sejak aku pulang sampai sekarang, kelihatan sekali kalau mereka merindukan belaian dan usapan bundanya.

Aaahh... anakku.... Bunda juga selalu rindu membelai dan mengusap kepalamu...


61 komentar:

  1. aduh mbak, meleleh saya bacanya..haru

    BalasHapus
    Balasan
    1. es krim kali aah pakai meleleh... hehehe...

      Hapus
    2. Saya juga doyan kala ES KRIM hieiheiee. Soalnya asyik aja hiehiehiehiee

      Hapus
    3. ayuukk... ini ada yang klethuk klethuk...

      Hapus
  2. Terharu bgt..jadi ingin segera telphon Umi di rumah..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Segeralah lakukan.. tapi jangan sambil nangis yaa...

      Hapus
  3. Ehem,,,ehem,,ntar kalau keluar lagi jangan lama² ya Bun, kasihan Hilman dan lainnya, termasuk yang baca ini, bisa brebes mili :)

    Salam buat dik Hilman dan Luthfan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha... sensi juga dirimu ya Kang...
      Kayane memang saya ngga cocok kalau pergi lama2 tanpa anak dan suami... nggak kuat...

      Hapus
  4. Bunda... dalam setahun aku keluar kota untuk pekerjaan empat kali, lamanya 3-5 hari, hihiii... Alhamdulillah faizku gak nangis, cuma..ada cumanya "sogokan mainan, cokelat, es cream setiap harinya harus dipenuhi" ngelus dada kalau begini.

    Sebelum aku pergi, aku ngobrol sama Faiz, nak ummi mo kerja jauh dulu ya, nanti pulang kok, ummi pasti telepon, baik-baik dirumah ya, ummi sayang Faiz.

    Hiiii, klo aku pulang dia pasti langsung narik tubuhku dan dipeluknya, ummi pa kabar? huuuu...

    Nah klo nangis ya itu tadi, karena gak dipamitin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau anak2 sudah biasa ditinggal sebetulnya sisi poritifnya jadi lebih andiri ya mbak Astin.
      Anak2ku itu terbiasa dengan ada bunda tiap hari. Jadi kalau sdg ga ada... ya rasanya kehilangan...

      Hapus
  5. Iya bun, sewaktu Faiz masih bersamaku, aku mandi saja nangis, aku kepasar dia gak mau ditinggal, selalu aku dan tidak mau dengan siapa-siapa sekalipun uti dan akungnya, sedih ngeliatnya.

    Aku putuskan untuk bekerja lagi disaat usianya 2 tahun dengan pemikiran bahwa aku ingin memandirikan Faiz, menguatkan hati dan psikologisnya.

    Alhamdulillah, sekarang sama akungnya selalu teleponan dan sama neneknya yang dulunya gak mau sekarang mau diajak ke warung cuma berdua,

    Waaah...padahal dah besar ya bun, hihiii....salam buat putra putrinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selama kita bisa menempatkan segala sesuatunya dengan benar, menjadi ibu bekerja atau ibu rumha tangga, akan menemukan ritme yang nantinya bisa diterima oleh seisi rumah.

      Semangat ya mbak Astin...

      Hapus
  6. ada yg lg kangen2an disini...

    jd terharu..
    ^_^ semoga semuanya baik2 aja ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah sekarang makin lengket aja bunda dengan anak2... peluk2 terus tiap hari...

      Hapus
  7. wah asik bgt ya, dari kecil sudah dibiasakan dgn kegiatan2 positif. semoga kelak menjadi anak2 yg sholeh dan sholehah, aminn :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... Trimakasih doanya...
      semoga Allah melindungi kita semua... :)

      Hapus
  8. aku pikir kalau sudah sebesar Hilman gak akan nangis kangen mbak, ternyata sama aja ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya.. ternyata biar udah kelas 5 SD tapi masih nangis kalau kangen bunda.

      Hapus
  9. semua ada hikmahnya ya bunda...
    belajar mandiri sangat penting artinya buat anak-anak, yang ini Liyan alami sendiri, ^_^

    wah, subhanalloh...bunda juga sungguh memperhatikan pembelajaran Al-Qur'an sejak dini buat adik-adik tersayang. Ayoo semangat adik... !!!:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Liyan.... belajar mandiri itu penting sekali. Walau sebagai ortu bkn berarti bisa jadi alasan untuk lepas tanggung jawab.

      Mencoba memberi filter pada anak-anak supaya kalau ada pengaruh tidak baik dr luar, mereka bisa tau mana yg benar dan salah. Insya Allah.

      Makasih ya sayang...

      Hapus
  10. Memang saat harus terpisah dengan anak2 tuh, kita kepikiran terus ya mbak?
    Apalagi aku yang sering banget dapat tugas luar kota, dan terpaksa sering meninggalkan Shasa. Aku akan sangat gak tenang jika mendapat telp / sms yang isinya pengaduan shasa tentang rasa sedihnya dll... aku jadi ikut sedih karena aku tak ada disisinya utk menenangkannya.

    BTW... senengnya bisa kopdaran bareng sahabat2 blogger ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi ibu itu komplit rasanya. Kepengin senang2 sedikit aja banyak yg hrs dipertimbangkan. Makanya kalau pas ada waktu, ya dimanfaatkan sebaik mungkin...

      Hapus
  11. wah cuma ditinggal ke Jogja aja Hilman nangis ampe gitu, bagaimana jika nanti Bunda bepergian buat kopdar di Jember. Hahaha bisa bikin ribut orang kampung nanti wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ngga tau bakal ke Jember atau nunggu mas Lozz datang ke Jakarta nostalgiaan sama masa lalu...

      Hapus
  12. wah, sampai segitunya anak pisah dengan orangtua ya mbak, saya juga pernah jadi anak, dan kenyataannya memang begitu, sedih ditinggal orangtua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belajar sekali dari pengalaman kemaren. Sekarang jadi makin lebih dekat sama anak2...

      Hapus
  13. Mengingatkanku ketika di tinggal sama kedua orang tuaku untuk mencari nafkah dengan lamanya memakan waktu berbulan bulan di tempat perantauan -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada rasa tidak nyaman yang akhirnya bisa diterima ya mas Irfan...

      Hapus
  14. skrg ilman udah bs manja2 lagi sm bundanya deh krn bunda udah pulang ya :)

    BalasHapus
  15. Menyentuh sekali, BU, hmm.... jadi kangen juga rasanya sama ibuk di Jombang sana....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayang sekali saya gagal kontak pak Azzet waktu di Yogya. Semoga lain waktu bisa jumpa ya pak...

      Hapus
  16. Sama seperti Devon kalo ditinggal keluar kota mamanya hampir tiap jam telepon...
    yah namanya anak-anak, rasanya ada yg kurang jika salah satunya tidak ada dirumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Devon... apa kabarnya Dev, mas...?
      Gimana UTSnya?
      Devondia... bunda kangen, nak...

      Hapus
    2. Alhamdulillah kabar Dev baik
      UTSnya sepertinya baik2 aja, selain belajar dev juga minta mamanya saat ujian untuk sholat sunnah dan berdoa. itu yang selalu diminta dev ke mamanya

      Hapus
    3. Bunda juga doakan Dev... Selalu...
      Makasih mas Budhi... :)

      Hapus
  17. hehehe..setor muka #trink2

    maaf :-(

    BalasHapus
  18. "bundaaa cepat pulang" sebuah kalimat yang mengharukan, rasanya klo dengar kalimat itu si bunda pasti ingin cepat pulang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dekat bisa cepet pulang... tapi kalau jaraknya jakarta - yogya... gimanaaa....? Hiks...

      Hapus
  19. terharu dan terkesima sekali untuk kalimat terkhir prgrf tersebut bunda

    BalasHapus
  20. Indahnya Ukhuwah Islamiyah :D

    Jd kangen emak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... makasih ya..
      sama nih masih kangen bapak ibu

      Hapus
  21. Kerrong ka embuk pas(jadi Kangen ma ibu)
    mungkin dirumah ibu bilang:
    "Fiiinnnnn.... cepat pulaaaaang...!"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayoo Fiiin cepet pulaaang.... embuk kerrong... hehehe

      Hapus
  22. Mengharukan ceritanya. Semoga menjadi inspirasi dan menggugah hati nurani kita semuanya di sini. Saya banyak belajar di sini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama pak Asep... Saya juga sering belajar di blog pak Asep... :)

      Hapus
    2. @niken kisahnya bagus semuanya,, mudah mudahan jadi berkah untuk semuanya,, aammiiinnn,,,!!!

      Hapus
  23. Jangankan ditinggal lama2 ya Bunda
    Aku ditinggal bentar aja sama ibu. Kalang kabut deh
    siapa yang masak, siapa yang nyiapin sarapan
    udah segede gini lebih nyaman kalo selalu ada ibu di dekatku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak lama kok... cuma 5 hari.. tapi rasanya memang ga enak ninggal anak-anak...

      Hapus
  24. saiia setuju masalah belajar di waktu pagi.. makanya ada perintah tuk bangun di 1/3 malam yg terakhir iia ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pagi hari otak masih segar menyerap ilmu yang masuk. Makasih..:)

      Hapus
  25. terharu membacanya, pengen jadi bunda jg :)

    BalasHapus
  26. alhamdulilah, hari ini dapet ilmu lagi,, terimakasih

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.
 

Pena Bunda © 2008. Design By: SkinCorner