Bismillahirrahmannirrahiim...
"Bunda cepat pulaaaaang...!"
Kalimat itu tersamar dengan tangisan panjang Hilman. Hari keempatku di Yogya dari lima hari kepergianku, suami menelpon tapi langsung diberikan pada Hilman. Dari seberang aku dengar Hilman menangis sesenggukan. Tidak jelas dia mengatakan apa. Sedih rasanya mendengar tangisan sesak tertahannya. Semakin aku tanya, semakin kencang tangisnya. Sampai akhirnya dia meneriakkan kalimat,"Bunda cepat pulaaaaang!" Kemudian telepon diputus.
Seketika aku merasa dadaku sesak. Tiba-tiba aku berpikir, apakah keberadaanku di Yogya adalah benar. Tujuan utamaku ke Yogya adalah untuk melepaskan segala tumpukan rinduku pada bapak dan ibu. Beberapa hari sebelum berangkat, aku gelisah sekali ingin bertemu bapak dan ibu. Kangen sekali dengan pelukan, perhatian dan segalanya dari bapak dan ibu. Sampai akhirnya aku minta ijin pada suami dan anak-anak untuk ke Yogya. Kebetulan ada saudara yang mau pulang membawa mobil. Jadi bisa bareng. Alhamdulillah mereka mengijinkan.
Waktu aku tinggal memang Hilman belum begitu sehat. Masih ada batuk dan masih harus intensif minum madu, sari kurma dan habbatussaudahnya. Aku sampai bertanya berkali-kali minta ijin padanya.
"Bunda boleh pergi nggak, sayang...?"
"Boleh... Nggak apa-apa kok..."
"Bener Hilman ijinin bunda ke Yogya?"
"Iya... Bunda pergi aja... Aku bisa kok."
Anak-anak bukannya tidak pernah aku tinggal. Sering kok aku dan ayahnya pergi menginap satu sampai tiga malam. Biasanya juga nggak apa-apa. Kebetulan punya asisten rumah tangga yang amat bertanggung jawab dengan tugasnya. Hanya saja kemaren ini keadaan rumah memang sedang sedikit lesu karena kami baru saja bergantian sakit, dan kebetulan Hilman yang terakhir sembuh.
"Maafkan bunda, Hilman... Maafkan kalau bunda salah. Ya Allah... benarkah keberadaanku ditempat ini sekarang?"
Beberapa saat setelah Hilman menutup teleponnya, aku menelpon balik ke Hilman.
"Hilman kenapa nangis? Bunda tadi nggak dengar Hilman ngomong apa."
"Heheee... ngga apa-apa kok, Bun..."
"Ada apa... bilang dong sama bunda...?"
"Hmmm... Aku kangen bunda."
"Oooh... sama... Bunda juga kangen Hilman. Bunda besok pagi pulang kok naik kereta. Insya Allah sore udah sampai. Besok kita ketemu ya, Nak... Hilman jangan nangis lagi ya..."
"Aku mau ikut jemput ke stasiun ya, Bun..."
"Waahhh... asyik dong, bunda mau dijemput Hilman..."
bla..bla..bla...
Perasaanku tenang kembali mendengar Hilman sudah bisa tertawa di telpon. Segera kulanjutkan pekerjaanku untuk persiapan kopdar dengan teman-teman blogger Yogya. Bukan mengabaikan keluarga di Jakarta, tapi aku nikmati berkah silaturahim dengan teman-teman. Merasa bahagia dengan perjumpaan nyata dari teman-teman dunia maya.
Sepulangku dari Yogya, banyak cerita dari bibir-bibir tersayangku. Masing-masing anak punya cerita sendiri. Luthfan cerita bagaimana murungnya Hilman dan kemudian bisa kembali ceria setelah dapat telpon dari bunda. Banyak sekali cerita seru dan "tidak nyaman" selama tak ada bunda. Melepas rindu dengan berkumpul di kamar rasanya damai sekali hati.
"Halaqah jam berapa tadi?" (anak-anak punya jadwal halaqah hari Ahad. Kadang pagi, kadang sore)
"Jam 5.30," jawab Luthfan.
"Oh ya... Hebat dong bisa sepagi itu. Siapa yang bangunin subuh?" Biasanya aku yang membelai mereka untuk membangunkan subuh.
"Mas Luthfan, Bun... Galak banget dia mbanguninnya..." Hilman menjawab sambil mendorong badan Luthfan.
"Habisnya pada susah dibangunin, ya udah teriakin ajaa.."
"Alhamdulillah... anak-anak bunda hebat semua...! Terima kasih ya nak... Bunda bangga deh sama kalian semua..."
Bersyukur sejak guru halaqah kami, Bu Hani, tinggal bersama kami, jadwal halaqah bisa jadi sesudah subuh. Bu Hani menyampaikan ke anak-anak belajar lebih baik saat pagi. Otak masih segar. Belajar Alqur'an sebaiknya jangan di sisa waktu. Maka pagi hari adalah waktu yang paling bagus. Alhamdulillah anak-anak tidak ada yang keberatan. Padahal sebelumnya, mereka kalau hari Ahad, sesudah subuh langsung tidur lagi. Bangun sudah agak siangan. Kecuali kalau mau ada rencana sepedaan atau yang lain.
Begitulah sisi lain dari kepergianku selama lima hari ke Yogya. Ada sedih meninggalkan anak-anak dan suami, ada bahagia bertemu dengan bapak ibu juga teman-teman, ada hikmah yang bisa dipetik. Kemandirian anak-anak jadi teruji. Rasa saling membutuhkan jadi makin kuat. Sejak aku pulang sampai sekarang, kelihatan sekali kalau mereka merindukan belaian dan usapan bundanya.
Aaahh... anakku.... Bunda juga selalu rindu membelai dan mengusap kepalamu...
Kamis, 28 Februari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
aduh mbak, meleleh saya bacanya..haru
BalasHapuses krim kali aah pakai meleleh... hehehe...
HapusSaya juga doyan kala ES KRIM hieiheiee. Soalnya asyik aja hiehiehiehiee
Hapusayuukk... ini ada yang klethuk klethuk...
HapusTerharu bgt..jadi ingin segera telphon Umi di rumah..:)
BalasHapusSegeralah lakukan.. tapi jangan sambil nangis yaa...
HapusEhem,,,ehem,,ntar kalau keluar lagi jangan lama² ya Bun, kasihan Hilman dan lainnya, termasuk yang baca ini, bisa brebes mili :)
BalasHapusSalam buat dik Hilman dan Luthfan :)
hahaha... sensi juga dirimu ya Kang...
HapusKayane memang saya ngga cocok kalau pergi lama2 tanpa anak dan suami... nggak kuat...
Bunda... dalam setahun aku keluar kota untuk pekerjaan empat kali, lamanya 3-5 hari, hihiii... Alhamdulillah faizku gak nangis, cuma..ada cumanya "sogokan mainan, cokelat, es cream setiap harinya harus dipenuhi" ngelus dada kalau begini.
BalasHapusSebelum aku pergi, aku ngobrol sama Faiz, nak ummi mo kerja jauh dulu ya, nanti pulang kok, ummi pasti telepon, baik-baik dirumah ya, ummi sayang Faiz.
Hiiii, klo aku pulang dia pasti langsung narik tubuhku dan dipeluknya, ummi pa kabar? huuuu...
Nah klo nangis ya itu tadi, karena gak dipamitin...
Kalau anak2 sudah biasa ditinggal sebetulnya sisi poritifnya jadi lebih andiri ya mbak Astin.
HapusAnak2ku itu terbiasa dengan ada bunda tiap hari. Jadi kalau sdg ga ada... ya rasanya kehilangan...
Iya bun, sewaktu Faiz masih bersamaku, aku mandi saja nangis, aku kepasar dia gak mau ditinggal, selalu aku dan tidak mau dengan siapa-siapa sekalipun uti dan akungnya, sedih ngeliatnya.
BalasHapusAku putuskan untuk bekerja lagi disaat usianya 2 tahun dengan pemikiran bahwa aku ingin memandirikan Faiz, menguatkan hati dan psikologisnya.
Alhamdulillah, sekarang sama akungnya selalu teleponan dan sama neneknya yang dulunya gak mau sekarang mau diajak ke warung cuma berdua,
Waaah...padahal dah besar ya bun, hihiii....salam buat putra putrinya
Selama kita bisa menempatkan segala sesuatunya dengan benar, menjadi ibu bekerja atau ibu rumha tangga, akan menemukan ritme yang nantinya bisa diterima oleh seisi rumah.
HapusSemangat ya mbak Astin...
ada yg lg kangen2an disini...
BalasHapusjd terharu..
^_^ semoga semuanya baik2 aja ya
Alhamdulillah sekarang makin lengket aja bunda dengan anak2... peluk2 terus tiap hari...
Hapuswah asik bgt ya, dari kecil sudah dibiasakan dgn kegiatan2 positif. semoga kelak menjadi anak2 yg sholeh dan sholehah, aminn :)
BalasHapusAamiin... Trimakasih doanya...
Hapussemoga Allah melindungi kita semua... :)
aku pikir kalau sudah sebesar Hilman gak akan nangis kangen mbak, ternyata sama aja ya
BalasHapusIya ya.. ternyata biar udah kelas 5 SD tapi masih nangis kalau kangen bunda.
Hapussemua ada hikmahnya ya bunda...
BalasHapusbelajar mandiri sangat penting artinya buat anak-anak, yang ini Liyan alami sendiri, ^_^
wah, subhanalloh...bunda juga sungguh memperhatikan pembelajaran Al-Qur'an sejak dini buat adik-adik tersayang. Ayoo semangat adik... !!!:D
Betul Liyan.... belajar mandiri itu penting sekali. Walau sebagai ortu bkn berarti bisa jadi alasan untuk lepas tanggung jawab.
HapusMencoba memberi filter pada anak-anak supaya kalau ada pengaruh tidak baik dr luar, mereka bisa tau mana yg benar dan salah. Insya Allah.
Makasih ya sayang...
Memang saat harus terpisah dengan anak2 tuh, kita kepikiran terus ya mbak?
BalasHapusApalagi aku yang sering banget dapat tugas luar kota, dan terpaksa sering meninggalkan Shasa. Aku akan sangat gak tenang jika mendapat telp / sms yang isinya pengaduan shasa tentang rasa sedihnya dll... aku jadi ikut sedih karena aku tak ada disisinya utk menenangkannya.
BTW... senengnya bisa kopdaran bareng sahabat2 blogger ya mbak :)
Jadi ibu itu komplit rasanya. Kepengin senang2 sedikit aja banyak yg hrs dipertimbangkan. Makanya kalau pas ada waktu, ya dimanfaatkan sebaik mungkin...
Hapusno comment ah, #sedih :p
BalasHapusHalaaahhh... mas Stumo sensiii...
Hapuswah cuma ditinggal ke Jogja aja Hilman nangis ampe gitu, bagaimana jika nanti Bunda bepergian buat kopdar di Jember. Hahaha bisa bikin ribut orang kampung nanti wkwkwk
BalasHapusYa ngga tau bakal ke Jember atau nunggu mas Lozz datang ke Jakarta nostalgiaan sama masa lalu...
Hapuswah, sampai segitunya anak pisah dengan orangtua ya mbak, saya juga pernah jadi anak, dan kenyataannya memang begitu, sedih ditinggal orangtua
BalasHapusBelajar sekali dari pengalaman kemaren. Sekarang jadi makin lebih dekat sama anak2...
HapusMengingatkanku ketika di tinggal sama kedua orang tuaku untuk mencari nafkah dengan lamanya memakan waktu berbulan bulan di tempat perantauan -_-
BalasHapusAda rasa tidak nyaman yang akhirnya bisa diterima ya mas Irfan...
HapusSalam buat Hilman Bun :)
BalasHapusWa'alaikumsalam Riki...
Hapusskrg ilman udah bs manja2 lagi sm bundanya deh krn bunda udah pulang ya :)
BalasHapussekarang sedang kolokan banget malah... :)
HapusMenyentuh sekali, BU, hmm.... jadi kangen juga rasanya sama ibuk di Jombang sana....
BalasHapusSayang sekali saya gagal kontak pak Azzet waktu di Yogya. Semoga lain waktu bisa jumpa ya pak...
HapusSama seperti Devon kalo ditinggal keluar kota mamanya hampir tiap jam telepon...
BalasHapusyah namanya anak-anak, rasanya ada yg kurang jika salah satunya tidak ada dirumah
Devon... apa kabarnya Dev, mas...?
HapusGimana UTSnya?
Devondia... bunda kangen, nak...
Alhamdulillah kabar Dev baik
HapusUTSnya sepertinya baik2 aja, selain belajar dev juga minta mamanya saat ujian untuk sholat sunnah dan berdoa. itu yang selalu diminta dev ke mamanya
Bunda juga doakan Dev... Selalu...
HapusMakasih mas Budhi... :)
hehehe..setor muka #trink2
BalasHapusmaaf :-(
Makasih... #tring..tring... :)
Hapusnice post :D salam kenal yaaaa
BalasHapusmakasih...
Hapussalam kenal kembali...:)
"bundaaa cepat pulang" sebuah kalimat yang mengharukan, rasanya klo dengar kalimat itu si bunda pasti ingin cepat pulang
BalasHapusKalau dekat bisa cepet pulang... tapi kalau jaraknya jakarta - yogya... gimanaaa....? Hiks...
Hapusterharu dan terkesima sekali untuk kalimat terkhir prgrf tersebut bunda
BalasHapuswalaah... mas Opick thooo...
HapusIndahnya Ukhuwah Islamiyah :D
BalasHapusJd kangen emak :)
Alhamdulillah... makasih ya..
Hapussama nih masih kangen bapak ibu
Kerrong ka embuk pas(jadi Kangen ma ibu)
BalasHapusmungkin dirumah ibu bilang:
"Fiiinnnnn.... cepat pulaaaaang...!"
Hayoo Fiiin cepet pulaaang.... embuk kerrong... hehehe
HapusMengharukan ceritanya. Semoga menjadi inspirasi dan menggugah hati nurani kita semuanya di sini. Saya banyak belajar di sini
BalasHapusSama-sama pak Asep... Saya juga sering belajar di blog pak Asep... :)
Hapus@niken kisahnya bagus semuanya,, mudah mudahan jadi berkah untuk semuanya,, aammiiinnn,,,!!!
HapusJangankan ditinggal lama2 ya Bunda
BalasHapusAku ditinggal bentar aja sama ibu. Kalang kabut deh
siapa yang masak, siapa yang nyiapin sarapan
udah segede gini lebih nyaman kalo selalu ada ibu di dekatku.
Nggak lama kok... cuma 5 hari.. tapi rasanya memang ga enak ninggal anak-anak...
Hapussaiia setuju masalah belajar di waktu pagi.. makanya ada perintah tuk bangun di 1/3 malam yg terakhir iia ;)
BalasHapusPagi hari otak masih segar menyerap ilmu yang masuk. Makasih..:)
Hapusterharu membacanya, pengen jadi bunda jg :)
BalasHapusalhamdulilah, hari ini dapet ilmu lagi,, terimakasih
BalasHapus