Selasa, 23 Oktober 2012

Anak-anak Juga Bisa Stress

Bismillahirrahmannirrahiim....

Beberapa hari ini aku dibuat gusar oleh kelakuan anak-anak. Heran sekali mengapa mereka jadi begitu mudahnya marah-marah satu sama lain. Bahkan kadang-kadang kata-kata bernada tinggi saling mereka lontarkan kepada saudara-saudaranya.  Aku coba instrospeksi diri apakah aku yang memberi contoh dengan memperlihatkan sikap seperti itu. Tapi rasanya justru aku sedang sering-seringnya menyapa mereka dengan sapaan lembut. Aku masih tetap tak lupa mengusap kepala mereka tiap hari. Lhaa.. terus kenapa mereka jadi seperti itu...?




Tak tahan aku dengan keadaan seperti itu... Sakit rasanya hati mendengar mereka saling membentak. Kakak tidak mau mengalah sama adik. Adik tidak mau mengerti masalah kakak. Yang ada malah Hilman dan Fanni jadi sering menangis. Aduuuh...  Mengapa harus seperti itu...?

Maka pada suatu sore, aku kumpulkan anak-anak semua. Aku ajak mereka membicarakan masalah ini. Semula aku meminta anak-anak mengungkapkan permasalahan satu persatu. Mulai dari Luthfan, Astri, Hilman kemudian Fanni. Tapi yang ada malah mereka saling membantah pernyataan saudara-saudaranya. Jadi strategi aku rubah. Aku meminta mereka menulis di sebuah kertas. Apa yang mereka sukai dan tidak disukai dari saudara-saudaranya. Juga ingin saudaranya bersikap bagaimana kepada mereka.

"Dengan menulis di kertas, kalian belajar menilai saudara kalian. Tidak boleh protes karena itu adalah sebuah penilaian orang lain kepada kalian. Kalian juga belajar mengungkapkan perasaan kalian. Bebas mau nulis apa. Nanti serahkan ke bunda."

Karena Fanni belum bisa menulis kalimat, aku membantunya mengeja. Tulisan Fanni tentu saja tidak selengkap kakak-kakaknya. Dia hanya menulis, nakal, baik, iseng, sebel, sayang. Tak apa.. yang penting Fanni sudah berusaha menerjemahkan perasaannya.

Setelah semua menyerahkan kertasnya, aku ajak mereka mengevaluasi satu persatu. Kali ini aku memanggil satu persatu. Tidak mengumpulkan mereka. Tujuannya agar nasehatku lebih pas sesuai masalah mereka, dan saudara-saudaranya tidak saling meledek atau membantah lagi. Juga supaya aku bisa mengorek apa sesungguhnya yang melatarbelakangi sikap mereka itu.

Ternyata Luthfan sedang menghadapi beban tugas sekolah yang banyak dan ulangan. Merasa tidak siap dengan ulangan dan tugas yang menumpuk membuatnya menjadi mudah sewot kalau salah satu dari saudaranya bersikap tidak seperti yang dia harapkan. Luthfan juga dipusingkan dengan pelajaran Fisika. Padahal aku liat dia sudah belajar lebih untuk mata pelajaran Fisika. Bahkan minta di bangunkan jam 4 pagi untuk belajar. Tapi tetap saja Fisika seperti momok buatnya. Itu makanya Luthfan akan kesal kalau misalnya Hilman dimintai tolong sesuatu tidak mau. Atau perkataannya selalu dibantah oleh Astri.

Astri selain juga sedang mempunyai beban tugas sekolah yang menumpuk, dia juga sedang kesal karena sahabatnya di sekolah salah paham terhadap dirinya. Jadi mereka sedang saling diam. Kegiatan sekolah ditambah Bimbingan Belajar sebagai persiapan UAN cukup menyita pikiran dan tenaganya. Kepengennya Astri, sampai di rumah dia bisa istirahat tenang tanpa gangguan saudara-saudaranya. Tetapi selalu ada sikap menyebalkan yang dia rasakan.

 Hilman kena efek dari sikap kakak-kakaknya. Karena selalu mendapat marah dari Luthfan dan Astri, Hilman jadi sering bete. Hilman juga sedang cemas, mengapa dia tidak bisa menghilangkan sifat penakutnya. Katanya dia sudah berusaha melawan tapi tetap saja kalau ke kamar mandi dan ke dapur tidak berani sendirian. Hilman sebetulnya malu akan hal itu. Tapi melawannya belum sanggup. Akhirnya dia selalu melawan kakaknya dan mudah marah kepada Fanni.

Fanni lucu bercerita kalau ternyata dia ingin seperti mbak Astri. Senang melihat-lihat barang-barang Astri di kamar, padahal Astri sering kesal karena Fanni selalu tidak mengembalikan barang ketempatnya lagi. Satu kalimat haru yang diucapkannya,

"Mbak Astri sekarang kalau pulang sekolah selalu sore. Aku kan kepengen main sama mbak Astri. Tapi kalau pulang, aku ajak main malah marah-marah bilang capek."

Astri sekarang ikut Bimbingan Belajar karena dia sudah kelas 3 SMP. Jadi dari sekolah Astri langsung ke tempat bimbel. Pulang sudah sore. Wajar kalau Astri letih. Tapi rupanya itu membuat Fanni jadi kangen sama kakaknya. Rupanya kekesalan Fanni ditumpahkan dengan cara yang sama yang dia lihat dari kakak-kakaknya. Imitation.

See... anak-anak juga bisa stress. Sebagai orang tua sebaiknya kita jangan asal marah-marah kepada mereka atas perubahan sikap mereka. Cari tahu dulu penyebabnya. Jangan dikira hanya orang dewasa yang bisa stress dan merasa dalam tekanan. Anak-anak juga bisa. Hal seperti ini kalau orang tua tidak bisa memahami, yang ada anak-anak jadi diluar kendali dan mencari sesuatu yang menyenangkan mereka di luar rumah. Oh.. no...!! Kenali setiap perubahan sikap anak-anak. Kemudian cari tahu apa yang melatar belakanginya. Rengkuh mereka, agar mereka merasa kita perhatikan dan perdulikan. Nasehati mereka dengan lembut. Karena kalau kita ikut berteriak kepada mereka, yang ada mereka malah akan menghindari kita. 

Ajari anak-anak untuk mau mengungkapkan masalah dan perasaannya kepada kita. Kitapun harus sekali-sekali melakukannya. Bercerita tentang masalah kita. Tentu saja dengan memilih masalah yang memang kiranya mereka masih pantas mengetahuinya. Supaya mereka merasa bahwa mereka juga kita percayai. Ini penting lho. Membiasakan komunikasi 2 arah kepada anak-anak. Kita harus mengakui bahwa kita juga bisa berbuat kesalahan. Jadi anak-anak juga mudah mengakui kesalahannya.

Setelah mengevaluasi satu persatu maslah mereka dan memberikan nasehat kepada anak-anak, sekarang suasana rumah kembali nyaman. Tak lagi saling berteriak satu sama lain. Alhamdulillah... anak-anak masih mau dan bisa diajak berdiskusi. Semoga ini bisa berlanjut terus sampai mereka dewasa kelak.




80 komentar:

  1. pasang tikar sambil nyiapin kopi dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh begitu to ceritanya...,
      mungkin saya yang satu anak akan lebih ringan dibanding dengan 5 anak...

      btw.. edukasi tentang parenting yang bagus mbak...

      Hapus
    2. Ealaah... Gelas kopinya bawa lagi dong...

      Hapus
    3. Ya iyalah anak satu lebih ringan mas. Ngga ngalamin selisih paham antar saudara. Tapi dapat amanah banyak dari Allah rasanya bikin hari berwarna warni mas...

      Hapus
    4. yg ada maunya, komentarnya pertamax mulu---kabuuuur :)

      Hapus
    5. cocok ya sama namanya belalang usil...
      kebetulan aja radarnya lagi kenceng mas....
      ntar lama-lama juga beliau ngopi di pos nya sendiri...

      Hapus
    6. Mas Belalang Usil memang sangat usil..
      saya sudah teken kontrak dengan bundanya ya...
      satu guru jangan ganggu

      Hapus
    7. Satu guru satu ilmu tidak akan diganggu... Cuma ngajak diadu...

      Hapus
    8. wakakakakaka....
      sakit perruuuuttt

      Hapus
    9. Jiaaahhh... ngerjain ajaahh... rasain tuh sakit perut...!

      Hapus
  2. Hmm, tulisannya keren bunda :)
    Jadi pelajaran buat Zahra di kemudian hari nanti.
    Xixixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. انشـــــاء الله
      Sama-sama belajar ya mbak...

      Hapus
  3. bener2 ini blognya parenting
    asyik deh :)

    BalasHapus
  4. Tar kalau pada rungsing lagi semua, coba masakin rendang jengkie Bun, pasti dah aman. Paling paling kamar mandinya yg langsung bikin naik pitama xixixix....

    Ga kebayang ngasuh 4 orang anak dengan aneka dinamika anak dan remaja. Coba kalau keberatan, Fanni ditaruh Bogor aja. Di rumah ga ada anak cewk yg lucu dan ipel2 hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. anak-anak malah ga ada yg doyan jengkie tuh mas... Jadi kalau bikin ntar tunggu tamu bogor datang aja.

      Berani mau ajak Fanni ke bogor...? Ga takut ada yang melototin...??

      Hapus
    2. berani dong. kalo ada yg melototin, saya pelototin balik hehe!!--tarik selimut:p

      Hapus
    3. Fanni diajak camer bertindak.
      Fanni disenggol camer siap memborgol
      Fanni di sentuh bersiaplah mengaduh

      Hapus
    4. Hasyaaahh... Belalang kupu2 yang kelaperan... Bawelnya ampun2 deehh...

      Hapus
    5. hai belalang ngikik... radarnya beda niih...

      Hapus
    6. Camer = caping merah :p

      Belalang kupu-kupu musti dikasih jengkie neh kayaknya hahahaha

      Hapus
    7. Gula seprapat dibikin lepat
      Ternyata jatuh berbunyi riuh.
      Siapa cepat dia yg dapat
      Siapa yg jauh bersiaplah mengaduh

      Hapus
    8. hahaha.... makin seru aja niiihh...
      Berani bener lawan arek suroboyo...

      Hapus
  5. Sekadar usul untuk anak-anak:

    Luthfan: Sini Om ajarin Fisika, gini2 waktu SMA fisika lewat deh buat Om mah :)

    Astri: Tenang kakak, kalo takut keganggu, coba kamarnya minta dibikin peredam suara. Biar ga bete, sekalian di dalamnya minta dibikinin studio musik mini, plus kolam renang, spa, warnet dan tempat golf :) dijamin ga bete dah digangguin ma Fanni.

    Hilman: Dulu om juga penakut, tapi berkat makan jengkie om sekarang pemberani--terutama berani ngabisin jengkie pas rebutan ma yg laen hehe..Coba Hilman nulis aja, siapa tahu tar jadi kayak Hilman yg nulis LUPUS ahayy :p

    Fanni sayang: Mari-mari merapat ke Bogor sebelum diembat ama yang lain (!)--Di sini ada dd Rumi dan Bumi yang siap membuat hari-hari kk jadi berwarna. Dijamin deh langsung capek layanin Rumi yang tingkahnya banyak, makannya bejibun, suaranya sekenceng TOA hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayangnya om Belalang jauh sih yaaa... kalau deket bisa tuh ngajarin Luthfan Fisika. Sekalian bahasa Inggris, sekalian kimia, sekalian biologi... hasyaaaahhh... semua aajjjaahh...

      Usul yang cerdas mas Belalang.... Astri langsung menyambut gembira. Usul ditampung untuk disimpan rapat-rapat...

      Memangnya ada kolerasinya ya antara jengkie dengan penakut? Hilman belum kelihatan suka nulis mas... sukanya kayak calon kakak ipar yg di surabaya... tapi ngga tersalur ja...

      Emang ada yang mau embat Fanni...?! Ga bisa doong... Harus dengan cara yang haluuuusss... Haaaa... kakak Rumi kemaren waktu ketemu kan diem gitu... mosok suaranya kayak TOA sih...?

      Hapus
    2. Astri, tar om vokalisnya ya...haha...

      Nah itu dia bunda, ga ada hubungannya babar blas xixi....

      wah, cocok neh yg hobi elektro :)

      siapa cepat dia dapat! keliatannya aja kalem bun, kalo dah ngomong wahh TOA EO kalah deh....

      Hapus
    3. Semoga tidak secerewet bapaknya...!

      Hapus
    4. Halaaahh... pusiiing...
      Bapaknya aja cerewetnya kayak gini...!

      Hapus
  6. Menurut Loehr - stres bisa dirangkul menjadi sahabat kemajuan. Untuk sampai ke situ Loehr merekomendasikan dua belas ritual penting. Dari tidur, olah raga, nutrisi, keluarga, kerohanian sampai dengan waktu untuk sendirian.


    Sebagian dari cara merangkul tubuh adalah melalui keteraturan-keteraturan, seperti keteraturan tidur, makan, olah raga sampai dengan nutrisi. Dengan semua keteraturan ini - Loehr yakin - maka tubuh ini otomatis cerdas secara emosional dan tegar.

    Boleh saja Loehr berpendapat demikian, bagi saya tubuh kita sebenarnya mirip dengan teh celup. Berfungsi optimal justru setelah dicelup ke dalam air panas. Tanpa air panas, teh celup hanya akan menjadi sumber daya yang terbuang percuma.

    Dengan demikian, amat dan teramat penting membawa tubuh ini ke dalam 'air panas' kehidupan. Setiap bentuk air panas terakhir,tidak membuat badan dan jiwa jadi hancur. Sebaliknya,membuat kita tegar dan segar.

    Dengan bingkai keyakinan seperti ini, stres tidak perlu ditakuti, sebaliknya malah perlu dicari. Sebab, ia adalah vitamin kemajuan. Hanya saja, mirip dengan karet gelang, di awal-awal pencaharian stres, tubuh ini menolak keras,salah-salah bisa putus (baca: sakit).

    Akan tetapi, begitu dibiasakan secara berulang-ulang, maka 'karet' tubuh ini menjadi lentur dan biasa. Lebih dari sekadar lentur dan biasa, tubuh dan jiwa ini sekaligus menjadi tegar secara emosional. Untuk bisa sampai di situ, ada satu modal yang amat berguna: berfikir positif. Klise memang, namun amat menentukan dalam mencapai tataran stres sebagai modal sukses.

    Setiap pemicu stres, bagi rekan ini, hanyalah sahabat kecil yang perlu dirangkul. Belajar dari semua ini, ada dua hal yang sebaiknya diperhatikan: mencari 'air panas' dan berfikir positif.

    Berkaitan dengan berfikir positif, sudah ada banyak orang yang menulis dan bertutur soal ini. Namun, saya punya satu pengandaian berguna. Mata, telinga, fikiran dan kepala kita sebenarnya lebih mirip dengan karet dibandingkan dengan besi tua.

    Semua hal - sekali lagi semua - bisa berubah wajah dalam mind, bila kita mau berganti sudut pandang. Jadi intinya - baik gagal/sukses, harta/petaka dan sejenisnya - tidak terletak terletak pada kejadian, melainkan bagaimana kita melihat kejadian.

    Kembali ke cerita semula tentang stres sebagai sarana sukses, Loehr boleh punya pendekatan lain. Namun, saya menggarisbawahi dua hal: membawa 'teh celup' kita masing-masing ke dalam air panas kehidupan, dan melihat segala sesuatu dari segi positif. Adakah Anda punya cara lain?
    __________________________________________________________________

    Tulisan diatas saya baca di Bukunya I Gede Prama, sayangnya buku itu ketlisut entah ke mana jeng. Apik banget isinya dan macam2 tips lainnya.

    Sikap dan langkah jeng sudah bagus dengan mendekati dan mendengarkan apa yang dirasakan anak2. Jempolan deh.
    Jadi makin kagum hhmmmmm

    Salkam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Stress pada kondisi tertentu memang bs jd motivasi, demikian kira-2 ya Pakdhe? Saya juga prnh menulis tentang stress ini dr sudut pandang yang positif...

      Hapus
  7. Subahanallah... sebuah masukan yang mantap sekali pakde... Jadi yangg penting bagaimana kita mengelola stress itu sendiri ya. Sebab stress sebetulnya kita perlukan sebagai keseimbangan dalam keinginan untuk maju. Stress sebagai alarm diri kita bahwa kita perlu beradaptasi atau mencari cara untuk bisa menjadi tegar.
    Kelenturan diri terhadap segala keadaan menandakan kita dewasa dalam bersikap.
    Setuju dengan modal berpikir positif sebagai dasar dalam memanage stress. Karena kalau tidak justru akan membuat kita jadi semakin terpuruk dalam ketidakberdayaan.

    Saya hanya ingin selalu mendengarkan isi hati anak-anak. Buat saya kalau sampai anak-anak tidak percaya pada orang tuanya... itu adalah awal dari bencana.

    Trimakasih buat masukan yang bagus ini pakde.

    Salam kembali dari Jakarta.

    BalasHapus
  8. seneng banget baca tulisan ini. walau sekarang aku belum jadi seorang bapak, isi tulisan ini bisa jadi referensi nanti. pengalaman dari orang seperti bunda memang selalu bermanfaat buat yang baca. makasih ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau ada yang bisa dipetik dari kisah ini.
      Ini hanya pengalaman keseharian seorang bunda saja. Yang sama saja kadang juga mrs frustasi dengan kelakuan anak-anaknya... hehehehe...

      Hapus
    2. dipetik?
      seperti kembang dong bund.... :)

      ya emang seperti bunga kok tulisannya. indah dan memberi keindahan ...

      Hapus
    3. Syukurlah kalau begitu...
      Boleh metik bunga diatas satu dehh... :D

      Hapus
  9. sungguh indah keluarga yang masih dapat melakukan diskusi., bukan hanya antara ayah dan ibu., tapi terlebih orang tua dan anak..

    pengalaman bunda saya yakin akan jadi pelajaran buat orang tua maupun calon orang tua yang membacanya.

    terima kasih telah berbagi pengalaman yang indah ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. trimakasih kembali atas kunjungannya... Sama-sama belajar ya mas...

      Hapus
  10. Sabila nda pernah marah-marah sama adiknya, Bunda. Ya iya lah, wong Sabila anak tunggal. Hehehe...
    Matur nuwun ilmunya, Bunda.
    Salam hangat untuk keluarga tercinta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga sabila lekas diberi adek... hehehe...

      Salam hangat kembali buat keluarga Abi...

      Hapus
    2. Sama seperti Sabila mba, Intan juga ga pernah marah2 sama adiknya, karena dia ga punya... hehe....

      Hapus
    3. emang ga mau nambah sama yg suka romantis itu mbak....? qiqiqiqi...

      Hapus
  11. komunikasi yang baik tetap menjadi solusi yang terbaik ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mbak Myra... komunikasi yang baik dan 2 arah. Jadi bukan hanya anak yang mendengarkan kita, tapi kita juga mendengarkan anak.

      Hapus
  12. MEmbacanya sambil tersenyum...
    Membayangkan Bunda punya anak 5 dengan perbedaan karakter..
    Saluuutt..!!
    Aku aja yang 1 suka di bikin ribet, apalagi inih 5, tidaaakk..!!
    #pingsan..!!

    Adem rasanya kalo baca tulisan Bunda..
    Aku mau daftar jadi anak nya Bunda aja, biar selalu di nasehatin..
    Boleh kan ??

    BalasHapus
  13. 5 aja udah ribet.. ketambahan 1 yg cantiknya kayak dirimuuuu... hadeuuhh... makin puyeng ngejagainnya... wkwkwk...

    makanya bunda merasa kerjaan ibu rumah tangga adalah the most challenging job in the word...

    BalasHapus
  14. terrnyata kesibukan anak-anaknya itu super... semoga nanti ketika aku menjadi bapak bisa belajar dari hal ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kesibukan anak2 tidak terlalu byk jenisnya, tp membutuhkan waktu dan tenaga yg cukup besar. Juga menyita pikiran.
      Anak2 perlu diajak refreshing. Tak perlu ke tempat yg mahal2... Sekedar camping juga membuat pikiran mrk segar kembali.

      Hapus
  15. terima kasih sudah berbagi ilmu mbak, aku kan masih junior nih harus banyak belajar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasakan dari anak-anak kecil supaya mereka mau curhat sama kita apa saja. Jangan berpikir kalau cara seperti itu hanya bisa dilakukan kalau anak-anak sudah besar. Banyak cara yg bisa kita lakukan sesuai usia anak.

      Hapus
  16. lagi2 di suguin kata2 luar biasa oleh Bunda....

    saya yg belum punya pengalaman nyimak aja sambil manggut2...

    BalasHapus
  17. wah repot juga ya.. tapi sekarang saya baru punya anak 1 yang lagi super aktiv.. saya selalu membuat suasana agar anak selalu happy walau terkadang suasana rumah ruwet dan ada pertengkaran kecil sm istri :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. suasana ruwet itu wajar mas...
      Kepala beda-beda, pasti beda isinya.
      Sekalipun itu dengan anak istri sendiri.
      Mengelola semuanya agar bisa menjadi sesuatu yang biasa dan bisa kita terima adalah penting.
      Beda pendapat tak bisa kita elakkan. Tapi bgmn perbedaan itu bisa selaras... itu yg luar biasa.

      Hapus
  18. setiap masalah perlu solusi tersendiri ya mba. Yang penting kenali dulu pokok persoalannya apa, baru bisa disesuaikan cara mengatasinya.
    Artikel edukasi yang sangat menarik nih mba... betapa beruntungnya anak2 memiliki bunda yang begitu penuh perhatian dan tepat sasaran dalam menghandle situasi....
    trims atas postingannya mba... ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mbak Alaika... yakin bahwa semua masalah pasti ada penyelesaiannya.
      Semoga anak-anak kita bisa memahami bahwa kita amat sayang pada mereka. Ketidaknyamanan yg kdg mrk rasakan adalah untuk kebaikan mrk...
      trims juga kunjungannya.

      Hapus
  19. Harus dari hati ke hati ya bunda.. :)

    Salam cinta & kasih sayang :)

    BalasHapus
  20. bundaaaa... jadi ingat sama bundaku.
    bundaku 3x is the best educator. salam kenal. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal kembali Liyan...
      Makasih ya sudah berkunjung dan follow.. kunjungan balasan aahh...

      Hapus
  21. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
    Alhamdulillah kita masih diberi ALLAH SWT , nikmat umur buat menyambut Idul Adha tahun ini,
    semoga rahmat dan karunia ALLAH SWT selalu menyertai kita semua,
    selamat merayakan Hari Raya Idul Adha,
    bila ada salah dan khilaf dalam kata serta sikap selama ini, mohon di maafkan lahir dan batin.
    Wassalam

    BalasHapus
  22. وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُ
    Trimakasih pak... Do'a dan ucapan yang sama untuk bapak dan keluarga.

    BalasHapus
  23. "pemelesetan' dan becandaan yg kelewat batas seakan sdh menjadi hal lumrah sekarang ini. HIngga moment dan simbol agama pun sekan jamak jika dijadikan bahan lelucon, spt aneka joke ttg qurban. Untngnya saya gak pake BB, belakangan jarang apdet Fb..jd gak baca lelucon2 yg bikin miris tersebut Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Qiqiqi... Kamarnya bebas keluar masuk sih ya mbak... Jadi salah deh tuh kamar deh tuh.

      Hapus
  24. Ralat: salah nulis comment. Yg ta baca tulisan di Little Garden tapi nulis commentnya di sini...maaf Mbak...#efek buka window barengan [alasan!]

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... Kejadian juga salah kamar yaaa.... Ga apa2 kok... Yg penting kamarnya masih sama2 punya saya.... :D

      Hapus
  25. Pengalaman being Mommy yg bisa jd pembelajaran buat saya suatu saat nanti jk sdh menempati peran sbagai orang tua. Semoga saya bisa bijk utk menerapkan pola komunikasi 2 arah dan saya setuju bahwa dengan cara menuliskannnya akan lbh efektif bagi anak-anak dalam mengungkapakan point2 yg disampaikannya. Baru kemudian di floorkan dalam forum bersama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Org tua sering terjebak pada komunikasi 1 arah. Anak krs dengar dan nurut sama ortu saja. Padahal anak2 sering jln pikir yg unik. Yg sebenarnya tdk salah, hanya berbeda dr org dewasa.

      Hapus
  26. duh bunda... saya harus banyak belajar tentang kesabaran momong anak nih sama bunda.... top deh strateginya mengajak mereka mengungkapkan perasaan... bisa dicontek nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... ini juga setelah berkali-kali dipusingkan dengan masalah anak2. Jadi keluar ide ini. Sudah diterapkan bbrp kali. dan lebih kena sasaran.

      Hapus
  27. mengikuti blog ini membuat aku belajar dan mempersiapkan diri jadi bapak-bapak hehehe... makasih sharenya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, senang bisa berbagi.
      kita sama2 belajar ya mas.

      Hapus
  28. mba....terimakasih, jadi belajar banyak dari tulisannya. scr sy juga emak beranak 4 :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, luar biasa ya mbak Rina punya anak banyak.
      Saling belajar ya, saya juga mau ah belajar sama mbak Rina :)

      Hapus
  29. salam,
    senang bisa mampir kesini. banyak ilmu yang dapat di petik.... :)
    jadi ingin sering mampir... he2

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.
 

Pena Bunda © 2008. Design By: SkinCorner