Minggu, 19 Mei 2013

Prinsip-Prinsip Komunikasi dalam Islam

Bismillahirrahmannirrahiim,


Gambar dari sini


Rasanya banyak yang sepakat kalau komunikasi dalam keluarga itu penting. Buktinya banyak yang membahas tentang betapa pentingnya komunikasi ini. Rasanya kita semua mengangguk setuju membaca tulisan-tulisan tentang komunikasi dua arah. Bukan yang satu arah. Teori-teori komunikasi begitu canggihnya mengungkapkan manfaat dan cara-caranya. Banyak buku dan literatur kita baca. Banyak seminar kita ikuti.

Tapi bagaimana prakteknya?

Seharusnya semua itu membuat kita jadi bisa menerapkannya minimal di dalam keluarga. Minimal? Ah, kenapa keluarga sering diletakkan pada level minimal. Padahal, bagaimana kita di luar sana sering kali ditentukan dengan bagaimana sikap dan perilaku kita di dalam keluarga. Bagaimana anak-anak membawa dirinya dalam masyarakat, juga amat dipengaruhi dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak-anaknya.

Sebetulnya, aku ingin cerita tentang obrolanku dengan Astri (anakku no 2). Sering sekali aku menemukan hal-hal yang membuatku mengerutkan dahi kalau ngobrol dengan anak-anak. Yang namanya ngobrol kan selalu melebar. Semula bicara tentang apa, cari merembet tentang topik yang lain.

Waktu itu kami membicarakan tentang handphone yang dimilikinya. Bukan hape canggih. Hanya Nokia E 63. Sejak selesai UN aku lihat Astri semakin sibuk dengan hapenya.  Padahal aku sedang mensupportnya untuk lebih giat menulis. Astri suka dengan cerpen. Mumpung waktunya sudah santai, kan bisa lebih produktif. Lha tapi kok malah sering "sibuk" dengan hapenya. Berikut ini jawaban Astri.

"Kalau bunda liat aku megang hape lama-lama, bunda jangan curiga dulu. Aku bukan main game atau kelamaan twitteran. Tapi ngetik cerpen yang tiba-tiba idenya muncul. Tapi ya masih pada nggantung gitu. Belum selesai. Lihat niiiih." Kata Astri sambil memperlihatkan beberapa tulisan di hapenya.

"Oooh, gitu. Bunda cuma kuatir, Astri jadi keasyikan dengan hape, berkurang deh ngobrol sama keluarga."

"Ya enggak dong, Bun. Tenang aja. Aku kan cuma memaksimalkan fasilitas hapeku aja." Santai bener Astri mengatakannya.

"Jangan sampai interaksi kita jadi tanpa suara, nak. Asyik dengan hape masing-masing. Apalagi kalau sampai perbincangan jadi lewat hape, internet. Hilang pula nanti kedekatan keluarga. Padahal suara bunda kan merdu."# Uhuuukk...

"Bundaaa, pede banget siih. Hahaha... Tapi bener juga sih, Bun. Bisa jadi nanti lama-lama begitu. Temanku malah sampai ngoceh di twitter tentang cara mamanya menyuruh dia."

"Kok sampai ke twitter segala, memangnya mamanya kenapa?"

"Mamanya punya kebiasaan nyuruh dia mandi, makan, sholat, pokoknya banyak deh... lewat sms. Padahal mereka sama-sama sedang di rumah. Cuma beda ruangan. Temanku ngetwet bilang, Gaya emak-emak jaman sekarang. Apa-apa pakai sms." Astri mengatakannya sambil geli dan geleng-geleng kepala.

"Sering atau sekali-sekali tuh?"

"Katanya sering. Apalagi kalau mereka sama-sama pegang BB atau hapenya bisa buat Watshap. Bakalan makin sering deh tuh."

Pernah atau seringkah teman-teman melakukannya?

Kalau melihat cara Astri mengatakannya juga melihat teman Astri mengungkapkan ketidaksenangannya terhadap perbuatan mamanya, rasanya bisa terbaca, bahwa anak-anak sebetulnya lebih suka kalau kita menyentuh, mendatangi, berbicara, bersuara kepada mereka. Kalau tidak sedang di rumah, bolehlah melakukan itu. Tapi kalau sama-sama di rumah, bukankah malah menjauhkan hubungan antara ibu dan anaknya?

Padahal dalam Islam, jelas-jelas sudah disebutkan di dalam Alqur'an prinsip-prinsip komunikasi yang baik dan benar. Ada 6 prinsip komunikasi dalam Islam, kesemuanya harus bisa kita terapkan agar komunikasi baik di dalam keluarga maupun di masyarakat, menjadi interaksi yang positif, yaitu:

1. Qaulan sadida (perkataan yang benar). 

Dalam berbicara kita harus jujur, sehingga kita menjadi orang yang bisa dipercaya. Menjauhkan diri dari perkataan-perkataan bohong. Hal ini juga menjadi contoh untuk anak-anak. Kita tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan anak-anak dengan jawaban bohong hanya karena kita tidak mau pusing menjelaskan sesuatu. Sebagaimana Firman Allah:

QS. Al-Ahzab 70: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.
QS. Annisa ayat 9: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
2. Qaulan Ma'rufa (perkataan yang baik). 

Tutur kata kita yang baik kepada siapapun, baik kepada yang lebih tua maupun kepada yang muda. Baik kepada atasan maupun bawahan. Sebagaimana Firman Allah:
QS. Annisa ayat 5: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.
3. Qaulan Layyinan (perkataan yang lemah lembut).

Dengan berkata lemah lembut akan membuat lawan bicara kita bersedia mendengarkan kita. Anak-anak akan merasa direngkuh dan dihargai. Apa yang ingin kita sampaikan bisa lebih diterima oleh mereka. Hati kita pun bisa lebih lapang dalam menyampaikan sesuatu. Sebagaimana Firman Allah:
QS. Thaha 44: Maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut...
4. Qaulan maisura (perkataan yang pantas)

Dalam berkomunikasi kita tidak boleh merendahkan orang lain. Terutama kepada orang yang lebih tua, sekalipun dia adalah orang yang bekerja kepada kita. Tidak tergantung pada status sosial seseorang, atau tinggi rendahnya pangkat seseorang. Sebagaimana Firman Allah:
QS. Al-Isra 28: Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas. .
5. Qaulan baligha (perkataan yang efektif/membekas jiwa)

Kita berbicara tak perlu berbelit-belit. Kadang dengan begitu oarang lain malah tidak memahami yang ingin kita sampaikan. Terutama pada anak-anak. Pemahaman mereka masih terbatas, kalau kita tidak efektif dalam menyampaikan nasehat, mereka malah bingung menangkapnya. Membiasakan berkata-kata efektif akan lebih mengena pada sasaran dan membekas di hati mereka. Sebagaimana Firman Allah:
QS. An-Nisa 63: Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa pada jiwa seseorang. Dalam keluarga komunikasi mereka.
6. Qaulan Karima (perkataan mulia dan penuh penghormatan)

Anak diwajibkan untuk bicara dengan mulia kepada orang tuanya, dan tentu saja orang tua harus memberi contoh kepada anakknya. Dalam berkomunikasi kita harus menghargai perasaan orang lain. Sekalipun kita sedang membicarakan sebuah kesalahan, sampaikanlah dengan pengertian.
QS. Al-Isra 23: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Luar biasa bukan Islam menata kehidupan kita. Bahkan dalam kita bertutur kata saja diberi petunjuk oleh Allah. Kesemuanya itu kalau selalu kita upayakan dan tanamkan, akan menjadi sebuah sikap dan perilaku yang baik, benar dan membawa kadaiman. Insya Allah.

Kembali kepada topik pembicaraan aku dan Astri di atas, alangkah tidak bijaksananya jika kita berbicara kepada anak-anak dengan cara seperti itu. Karena komunikasi dalam keluarga, di dalamnya terkandung nasehat dan contoh-contoh yang nantinya akan terekam dalam memori anak-anak, dimana semua itu bisa mempengaruhi kepribadian mereka. Suara kita jangan sampai tergantikan dengan kecanggihan teknologi. Komunikasi membutuhkan inetraksi, dan interaksi yang baik antara orang tua dan anak adalah dengan sentuhan dan suara. Manfaatkan teknologi dengan tepat, jangan sampai merusak dan mengurangi kehangatan keluarga.


34 komentar:

  1. Balasan
    1. Eeeh, kurang ya? Qaulan Nafi'a apa ya Noorma? Dapatnya baru 6 itu. Bagi ilmunya dong, Umi Noofa.

      Hapus
    2. yaaa dr 6 itu jadi 'manfaat' bund...

      Hapus
    3. Aku nemunya Ilman Naa'fia (ilmu yang bermanfaat). Itu di hadist Ibnu Majah 925.

      Hapus
  2. Ya ayyuhalladzîna âmanuttaqullâha wa qûlu qaulan sadîda
    Dari 6 itu kalo bisa 80% bisa mewujudkan sudah Luar biasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah, semoga Allah membimbing dan memberi petunjuk. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

      Hapus
  3. Waahh, mantep nih Bund! ^_^
    Mhihihi, kalau di rumah karena jarak kamar yang dipisahkan oleh lantai dan tangga, Umi saya jadi kirim sms untuk ngingetin saya kalau sudah waktunya untuk tidur.
    #Tapi entah kenapa kalau urusan solat malem atau subuh beliau selalu rela naik ke atas ke kamar saya? sepertinya beliau paham putranya kalau tidur kebluknya nggak ketulungan :'O

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memangnya kalau di sms waktunya tidur, trus Mamet langsung tidur? :)

      Salam buat Umi ya.

      Hapus
    2. Mhihi, seringnya bandel dan nggak langsung tidur ^^'
      *kayaknya emak2 pada paham ya? :D

      Hapus
    3. Nah, ini bukti kalau komunikasi cara itu tidak qaulan baligha :)

      Hapus
  4. matur nuwun bun ilmu nya.. hehe. sip sip,

    BalasHapus
  5. Bun..Alhamdulillah pagi ini dapat ilmu, memang enggak enak klo orang di dekat kita secara nyata malah asyik dengan hape atau gadget lainnya dan berkomunikasi dengan orang yang jauuuuhnya luar biasa. Semoga mampu bersikap dewasa dengan hape yang semakin canggih aplikasinya. Astriiii, cerpennya keren lho *maksimalkan masa mudamu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita memang perlu saling mengingatkan dalam hal ini. Saya sendiri juga terkadang melakukannya (tapi bukan ke anak-anak lho).
      Astri harus terus2an disupport. Makasih ya mbak Astin.

      Hapus
  6. ga ada gadget manapun yang bisa menggantikan indahnya suara dan bahasa tubuh orang tua dan anak saat berkomunikasi... kadang2 teknologi bisa jadi buah simalakama ya bunda??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya begitulah mas Ratodi, amat disayangkan kalau merasa memanfaatkan teknologi sampai lupa makna komunikasi yang sebenarnya.
      Makasih. Salam.

      Hapus
  7. Setuju Bunda, berbicara dengan anak sekalipun harus tetap santun karena kata-kata yang dikeluarkan orangtua terutama ibu bisa dianggap doa.
    Senang membaca postingan ini, ilmu jadi bertambah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suara juga merupakan sentuhan. Suara yg bisa meneduhkan. Buktinya, saya bahkan masih terngiang-ngiang suara ibu saya waktu memberikan nasehat, atau bagaimana yang ibu ucapkan saat sedang mengajari memasak.

      Hapus
  8. :'(... msh sering ga sabaarrr kl bicara sama anak2...

    terimakasih ya bun,

    Subhanallah...semuanya sdh diatur dalam Al-Quran...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama aja sih mbak sebetulnya, saya juga harus lebih banyak bersabar lagi.
      Terima kasih kembali, semoga kita makin bergairah belajar Alqur'an.

      Hapus
  9. Yang heran itu ya Bun, suami istri pas lg makan di resto malah asik kutak katika HP

    Makasi atas artikelnya Bun :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, aku pernah ga yaaaa...?

      Makasih kembali mbak Esti.

      Hapus
  10. Terimakasih atas artikel yang bermanfaat ini Mba, semoga kita bisa melakukannya dengan baik,

    Sukses selalu
    Salam wisata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah, mas Indra. Niat melakukannya harus kita tanamkan dalam hati.

      Salam kembali.

      Hapus
  11. kl sp segitunya, sih, blm pernah saya. Semoga jangan, krn biar gimana komunikasi dg lisan masih jauh lebih baik. Pernah bbrp kali saling ngobrol lwt socmed atau chatting padahal jelas2 kami duduk saling berdekatan tp itu utk lucu2an aja. Krn sbl chatting, mulut kami juga berkomunikasi. Jadi mulu dan jari sama2 bekerja hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau kayak gitu sih memanfaatkan teknologi utk bersenda gurau dgn anak2 ya mbak Myra :)

      Hapus
  12. alhamdulillah mbka, InsyaAllah keenam poinnya bisa dipegang,tapi ya kadang juga keceplosan, aplagi lihat keponakan yang bandel2 hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting ada niatan kita untuk perbaikan, Insya Allah akan diberi kemudahan :)

      Hapus
  13. Bund aku suka keasikan terus sama handpon ku gimana dong caranya agar menguranginya.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buat jadwal menjauhkan hape. Jangan selalu diletakkan di tempat yang mudah diraih.

      Hapus
  14. bermanfaat bgt,,,ijin copy ya??

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.
 

Pena Bunda © 2008. Design By: SkinCorner