Rabu, 03 April 2013

Memetik Hikmah

Bismillahirrahmannirrahiim,

Selalu ada hikmah dari sebuah peristiwa. Itu adalah hal yang selalu aku yakini. Berusaha menjalani tiap babak kehidupanku dengan ikhlas. Kadang memang timbul keresahan, tapi seiring dengan perenungan dan pemahaman, satu persatu keresahan menjadi sebuah kemantapan hati yang membuat keyakinan bahwa Allah memang sudah mengatur segala apa yang paling baik untuk hidupku.

Ketika aku terpaksa menutup kantinku dengan berbagai alasan yang menguatkan keputusan itu, tetaplah ada rasa sedih dan kecewa. Usaha yang aku rintis hampir tiga tahun itu harus aku lepas karena berbagai kendala. Membayangkan perekonomian keluarga yang akan menurun drastis di tengah berbagai kenaikan barang, sempat membuatku tak nyaman. Bukan aku tak bersyukur dengan penghasilan suami yang cukup untuk membiayai kehidupan keluarga, tapi dengan adanya kantin kami bisa lebih leluasa dalam memenuhi kebutuhan anak-anak. Penyesuaian bukan hanya padaku, tapi juga pada anak-anak. Mereka harus memahami dan menerima keadaan yang sekarang ada.

 Fanni sering aku ajak ke kantin kalau kakak-kakaknya sekolah


Alhamdulilllah, ternyata tak sulit meminta pengertian anak-anak. Aku selalu terharu dengan sikap mereka. Terutama Luthfan dan Astri yang memang sudah bisa diajak diskusi. Mereka menyikapi keadaan dengan lebih banyak menabung uang jajannya, sehingga bisa membeli kebutuhan mereka sendiri. Yang dilakukan Luthfan dicontoh adik-adiknya. Kadang keluar pertanyaan haru seperti,

"Yakin nih Bun, aku dikasih segini? Bukan uang untuk kebutuhan bunda kan? Aku masih ada kok, Bun. Besok-besok aja nggak apa-apa," kata Luthfan kalau aku memberinya uang lebih.

Kalau mendengar Luthfan bicara begitu, mana aku bisa menahan untuk tidak mengusap wajah dan kepalanya.

"Santai, Nak. Uang belanja beres kok. Ini memang buat Luthfan. Kan mau futsal, badminton dan parkour. Kalau ada sisa simpan aja.


Belajar di kantin


Karena sekarang aku banyak waktu kosong, maka aku berkata kepada suamiku untuk mengambil alih tugas tukang ojek yang menjemput sekolah anak-anak, memberhentikan les privat Hilman dan juga mengambil alih mengaji tahsin anak-anak (guru ngaji anak-anak ada dua, guru tahsin dan tafsir/halaqah. Yang aku ambil alih hanya yang tahsin). Dengan begitu, selain mengurangi pengeluaran bulanan, utamanya adalah supaya aku lebih dekat dengan anak-anak. Sekalipun waktu ada kantin aku masih bisa mengawasi anak-anak, tapi tidak fokus. Perhatian tetap terbagi pada pekerjaan dan masalah kantin.


Begitulah cara Allah memberikan jalan untuk sebuah kebaikan yang sebenarnya untuk hidup kita. Sekalipun kita harus melaluinya dengan sebuah ketidaknyamanan, tapi kalau kita mau mengambil hikmahnya, maka kita akan menemukan kedamaian

Sekarang, justru aku merasakan kebahagiaan yang lebih sejak melepaskan kantin. Suasana rumah aku rasakan lebih damai. Lebih dekat dengan anak-anak. Jadi lebih memahami mereka. Bisa menyambut suami pulang dari kantor setelah sekian lama tak pernah aku lakukan. Waktu ada kantin, suami pulang kantor aku masih di kantin sebab kantin tutup pukul 21.00. Sampai rumah kira-kira pukul 21.30.

Dengan mengajar sendiri ngaji anak-anak, aku jadi tahu plus minusnya kemampuan mereka. Untuk Luthfan dan Astri tinggal memperbaiki tajwid, mereka berdua bisa dipegang bersamaan. Aku pakai buku  Pedoman Daurah Alqur'an sebagai acuan belajar, lalu aku minta mereka menguraikan tajwid dari satu halaman yang mereka baca. Ada hukum apa saja dari bacaan mereka. Mencari contoh hukum-hukum tajwid di dalam Alqur'an kemudian menulisnya.

Hilman aku mulai dengan menjelaskan apa isi buku Pedoman Daurah Alqur'an dengan lebih rinci. Dengan buku itu lebih mudah mempelajari ilmu tajwid, karena penjelasan dan contohnya mudah dicerna oleh anak-anak. Menulis contoh-contohnya supaya lebih paham.

Untuk Fanni aku tidak memakai buku iqra', tapi memakai Metode Utsmani yang terdiri dari tiga buku. Lebih simple dan mudah dipahami. Semula dia protes karena dengan pak ustad, dia sudah iqra' 4. Tapi karena menurutku Fanni belum bisa ada di iqra' 4, jadi aku ulang dengan metode Ustmani buku 1 dulu. Setelah diberi pengertian, Fanni nurut dan semangat. Supaya lebih fokus, Fanni aku ajar terpisah dari kakak-kakaknya.



Alhamdulillah, aku betul-betul merasakan nikmat yang luar biasa. Bayangkan... waktuku bercanda dan membelai anak-anak jadi bisa full day. Jadi bisa lebih sering diskusi, belajar bersama, aaahhh... Pokoknya lebih damai deh. Ditambah lagi waktu dengan suami jadi lebih banyak. Materi yang berkurang bukan apa-apa dibandingkan apa yang aku rasakan sekarang ini.
Yakin... amat yakin bahwa peristiwa yang kita alami dalam kehidupan selalu mengandung pesan moral andai kita mampu mengambil hikmahnya dengan keikhlasan.    





36 komentar:

  1. Aku juga sepakat mba, bhw terselip hikmah dibalik suatu peristiwa. Apa pun peristiwa itu.

    Walau, seringkali, hikmah itu tak dpt langsung kita petik, butuh waktu untuk merenung, berfikir dan menelaah, mencari hikmah dibalik sebuah kejadian.

    Namun, aku seyakin dirimu, bhw dia ada. :)

    Met pagi mba Niken! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah mbak Al... Sebuah hikmah bisa kita petik justru krn awalnya ada rasa tidak nyaman dari sebuah peristiwa, yg kemudian membawa kita pada sebuah perenungan diri.
      Kalau kita cuma lempeng aja dgn peristiwa yg terjadi, mana ada hikmah bisa diambil.

      Hapus
  2. Semangat Bunda ...
    Ya Allah jadikanlah hambamu ini yang selalu ikhlas dan sabar dalam menjalani hidup.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...
      Hayuuk semangat mas Misbach. Rajin latihan jadi pemain bola kan? hehehe

      Hapus
  3. alhamdulillah ya bun...dibalik semua nya byk rahmat yang kita terima. toh dilanjutkan operasi kantinnya bikin bunda cpt tua krn sllu memendam kekesalan....cemungudh cinta. kau pasti bisa .....!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh.. kok ngomongin tua.. jadi pengen ngaca... hehehe...
      Makasih Mimi... yuuk cemungud bersama... :)

      Hapus
  4. selalu berpikir positif, pasti bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian ya mbak ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul bu Dey... berpikir positif, itulah kuncinya. Berprasangka baik pada Allah. :)

      Hapus
  5. Assalamualaikum bunda,Tulisan indah d pagi yang cerah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam Dewi, seindah senyum Dewi di pagi hari ini :)

      Hapus
  6. Rezeki tidak akan salah alamat....
    Inilah salah satu makna dari doa yang tertukar...
    mungkin didalam doa kita memohon dimudahkan rezeki berupa materi, tapi Allah Ta'ala menukarnya dengan rezeki hati berua kedamaian dan kebahagiaan...

    Aih Fanni makin cantik dan pinter, ngaji yang pinter ya nak, mas Devon dari kecil juga rajin ngaji kok

    [im]http://3.bp.blogspot.com/-0EEEBjmw4vQ/TyKVqxV4a0I/AAAAAAAACEs/2nil_vnqj_0/s320/Dev.jpg[/im]

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul mas Budhi... begitulah kalau kita pahami. Allah tau apa yang paling kita butuhkan dalam hidup kita.
      Termasuk foto Devon ini.. hehehe... makasih mas.

      Hapus
  7. hikmahnya, bunda niken jadi lebih dekat dengan anak-anak :D

    BalasHapus
  8. Assalamu alaikum wr. wb. bundaaaaaaaaaaaaaaaaaa...... duh neni teriaknya biasa aja dong, bisik tuh telinga bunda, :D ma'af bund, girang lama tak jumpe, biasa neni sedang sibuk alias sok sibuk didunia nyata, (padahal kerjanya hanya keluyuran kesana kemari mencari alamat, eettsss..), neni datang menyapa bunda dan memenuhi janji neni pagi tadi, jika koneksi baik, akan segera berkunjung, mumpung lg diperpus kampus, jaringan bagus buanggeeetttttt, gratis lagi (ettss.. jgn berisik ntr didengr penjaga perpus), sempetin menyapa bunda ahh.. :D

    subhanallah, begitulah janji Allah pada hamba_Nya, jika kita sering bersyukur, bersabar, dan tawakkal hanya pada_Nya, insyaAllah apapun yang kita butuhkan akan tiba tepat pada waktunya, neni selalu mengalami hal demikian, neni merasakan indahnya kasih dan cinta Allah pada hamba_Nya yng senantiasa mematuhi patuh pada_Nya..

    salam rindu dan salam hangat selalu buat bunda yang cantik nan jelita :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduuh.. sampai pekak telinga bunda niih.. Neni teriak2 aja... Untung penjaga perpus lagi ngantuk tuh...
      Iya nih, lama banget Neni ga main ke tempat bunda. Juga lama ya ga update blog Neni. Lumutan lho say.. hehhe..

      Semoga qulub kita selalu tersambung pada Allah, ya Neni. Sehingga kita selalu bisa bersyukur atas segala nikmat-Nya, sekecil apapun itu.

      Salam kangen berat juga buat Neni yang cantik dan hobi teriak2... :D

      Hapus
  9. alhamdulillah..banyak hikmah ya mbk, semoga lebih berkah amin :D

    salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Hanna...
      Rasanya sudah kenal kok... tapi di blog satunya.. hehehe

      Hapus
  10. Baru tau kalau Bunda menutup kantin.
    Waktunya jadi lebih bnyak untuk keluarga ya, Bund. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan cuma itu, Idah. Tapi bisa keluar dari lingkungan kantin itu ternyata melegakan sekali. :)

      Hapus
  11. Sekarang jadi lebih dekat lagi dengan anak-anak ya mbak. Tiap saat bisa memantau anak-anak. Aku juga bar tahu loh kalau kantinnya ditutup. Insya Allah rezeki selalu ada ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kembali seperti sebelum membuka kantin, mbak Lidya.
      Full time house wife and mother.

      Hapus
  12. membaca postingan mba Niken yang ini aku jadi terpacu kembali untuk lebih semangat belajar ilmu Tahsin, supaya kelak bisa mengajari Kanaya... terima kasih sudah menginspirasi yaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mengajari sendiri anak mengaji ternyata menumbuhkan kedekatan yang luar biasa, Bunda Kanaya...
      Trimakasih kembali :)

      Hapus
  13. Senang saya Bundha, kalau bertambah seorang fulltime mother & fulltime wife.. Dikala banyak orang yang belum mengerti demikian mulianya pekerjaan tersebut.. ˆ⌣ˆ Pun reward hebatnya bukan tidak ada.. ˆ⌣ˆ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunda juga senang menjalaninya, Dani. Bersyukur sekali sama Allah diberi kesempatan ini. Reward hebatnya justru tak terukur dong, Dani. Ridho Allah.
      Target: Surga!

      Hapus
  14. saya merasa senang karena anak-anak bunda sekarang tambah diperhatkan lagi secara fullday tapi sayang juga kalau harus meniggalkan kantin kalau bisa pasa nanti anak-anak bunda tumbuh besar buka kantin aja lagi bund hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Usul Mas Opick bisa dipertimbangkan. Semoga pada saatnya nanti, punya modal untuk buka usaha lagi :D

      Hapus
  15. alhamdulillah bunda... memang agak berat untuk memutuskan, tetapi pilihan untuk menjadi ibu bagi anak2 dan istri bagi suami lebih tepat lagi, Allah telah memberikan jalan ini untuk Bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Rasanya memang mjd fulltime housewife and mother tuh yg paling pas dgn hati dan kebutuhan.

      Hapus
  16. Guru terbaik memang seorang ibunda ya, Mbak.
    Waktu bersama keluarga benar2 tak ternilai harganya. Tapi memang banyak orang yang mengorbankan kebersamaan mereka demi alasan meningkatkan perekonomian keluarga.
    Selamat menikmati waktu bersama keluarga ya, Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasanya aku dah menemukan apa yang aku cari dalam hidup ini mbak Akin. Mungkin beda pendapat dgn org lain, tapi aku bahagia menjalani ini semua :D
      Makasih mbak Akin.

      Hapus
  17. Waktu itu saya dicolek pas postingan yg ini ya Bun
    Maaf, waktu itu lagi tepar, 5 hari gak buka lepi

    Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian ya Bun
    Saya malah berangan-angan, kalau sudah punya anak, pengen jd IRT aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apapun pilihan itu, lakukan dengan sepenuh hati. Kalau tidak malah akan jadi masalah nanti mbak Esti :)

      Hapus
  18. terima kasih, Bunda, sudah berbagi.. maaf baru bisa BW ke sini sekarang.. colek-colek saya ya kalau posting tulisan lagi :) bagus2 tulisannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali buat kunjungannya, mbak Diah.
      Insya Allah dicolek2 nanti.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.
 

Pena Bunda © 2008. Design By: SkinCorner