Sabtu, 10 November 2012

Camping di Gunung Salak

Beberapa kali ngobrol dengan mas Belalang Cerewet aka Rudy tentang bagaimana mengisi liburan yang murah meriah, aku jadi teringat dengan liburan keluargaku tahun lalu. Buat aku dan suami, liburan yang murah meriah itu ya camping. Dan camping yang kami lakukan bukan mencari tempat camping yang full fasilitas. Asal ada MCK sederhana cukuplah. Karena camping itu serunya ya kalau ada "sengsara-sengsara" dikit laah.... Supaya ada petualangannya.

Semua itu bukan tanpa tujuan. Aku dan suami sepakat untuk menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan kekompakan. Di tempat camping yang seperti itu anak-anak dituntut bisa menerima keadaan bagaimanapun kondisinya. Bisa beradaptasi dengan alam sekitar dalam waktu singkat. Menikmati semua keadaan di tempat itu. Tak boleh ada keluhan. Tak bisa mau menang sendiri. Semua harus kerja sama. Agar rasa persaudaraan diantar mereka semakin kuat.

Camping yang akan aku ceritakan ini adalah camping di Gunung Salak, desa Cidahu. Liburan bersama keluarga teman-teman suami yang ketika SMA dulu sering mengisi liburan mereka dengan camping. Jadi buat suami acara itu seperti reuni kecil dengan teman SMA nya. Ada 3 keluarga yang ikut termasuk keluargaku.

Setelah membagi tugas mengenai peralatan dan akomodasi, jadilah kami menuju lokasi dan siang hari kami sampai. Total jumlah peserta camping adalah 6 dewasa dan 8 anak-anak. Dan nekat hanya membawa 3 tenda dan terpal besar untuk dibuat tenda sederhana dengan mengikat ujung-ujungnya ke pohon. Soal kenyamanan tenda dan lokasi adalah tugas bapak-bapak. Sedangkan tugas ibu-ibu tentu saja bagian konsumsi. Anak-anak membantu apa saja yang bisa mereka kerjakan.

Senang sekali anak-anak disuruh mengumpulkan ranting untuk menambah kayu api unggun yang rencananya akan kami nyalakan pada malam harinya. Mereka begitu antusias merencanakan akan membakar jagung dan singkong pada saat api unggun. Cepat sekali mereka akrab satu sama lain padahal baru kenal hari itu. Suasananya mengharuskan mereka demikian.


Masih sibuk membereskan barang-barang, sebagian istirahat habis mendirikan tenda.


Aku, Lilis dan May (para ibu) kompak menyiapkan menu-menu sederhana yang sudah kami atur dan bagi tugas membawa bahan-bahannya. Minimal kami harus memasak untuk 4 kali makan. Belum lagi kalau ingin menyantap mie instan atau menyeduh teh dan kopi. Senang bekerja sama dengan mereka. Cekatan semua. Bisa memanfaatkan benda-benda yang terpaksa dipakai tidak sebagaimana fungsinya.


Dapur yang disiapkan para suami agar para istri nyaman memasak

Sore harinya anak-anak ditemani ayah-ayahnya berjalan kaki menuruni lereng gunung menuju air terjun yang terletak kurang lebih 1,5 km dari tenda kami. Sementara itu aku, Lilis dan May menyiapkan makanan agar sekembalinya mereka dari air terjun bisa langsung melepas lelah dengan menikmati makanan hangat. Sayangnya mereka tidak membawa kamera atau hape, jadi tidak ada foto-foto di air terjun. Yang jelas kalau dari cerita anak-anak sih mereka senang melihat air terjun dan bermain air yang dingin di dekatnya.


Kelihatan cukup nyaman khan tempat campingnya


Ada sebuah kesalahan yang dilakukan oleh para bapak-bapak. Yaitu lupa membuat parit kecil disekitar tenda. Akibatnya pada malam hari ketika hujan turun, air hujan mengalir ke dalam tenda. Membuat tenda menjadi basah. 

Anak-anak jadi tidak bisa tidur di dalam tenda. Namun itulah hebatnya anak-anak. Mereka tidak mengeluh. Mereka memang terlihat mengandalkan orang tuanya dalam kondisi seperti itu. Gelap, hujan, tenda basah dan tentu saja dingin. Untungnya hujan turun setelah acara api unggun selesai. Jadi anak-anak sempat menikmati suasana gembira membakar singkong dan jagung.


 Ini dia 3 sahabat karib yang kompak sekali



Tendanya anak-anakku. 

Ada hal yang begitu menggetarkan jiwaku kala itu. Yaitu ketika kami melakukan sholat berjamaah. Dengan suamiku sebagai imam, aku dan anak-anak sebagai makmumnya. Rasanya begitu takjub bisa bertadabur alam dan melakukan ibadah pada tempat yang indah dan tenang. Kedekatan kepada Sang Pencipta begitu terasa. Kecil sekali rasanya diri ini dibandingkan alam yang ada disekitar saat itu.


Foto diambil oleh Luthfan yang sudah terlebih dahulu melakukan sholat Ashar atas inisiatifnya sendiri


Sampai saat ini masih berdebar hatiku kalau melihat foto ini

Kami semua rindu suasana camping itu. Acara itu memang camping yang berkesan dibandingkan camping-camping kami yang lain. Mungkin karena kebersamaan dengan teman-teman dan keluarganya yang akrab dan kompak. Padahal kami juga pernah camping di Pulau Kayangan Kepulauan Seribu, tapi camping di gunung memang lebih enak suasananya.

Nah.... mas Rudy Belalang Cerewet... Inilah cerita camping keluargaku. Foto-fotonya memang tidak lengkap. Cuma ini yang masih ada, yang lain terpaksa ikut terhapus waktu komputer bermasalah. Makin tertarik untuk bergabung dengan kami suatu saat...? Boleh saja. Nanti kita atur waktu dan rencananya. Tidak mahal biayanya, cuma memang ribet bawaannya karena bawa keluarga. Kalau mau ajak Bumi, sebaiknya jangan pas musim hujan.

38 komentar:

  1. Acara seperti ini menjadi menarik manakala semuanya menikmati dan hepi. Acara keluarga tak harus di mall, bioskop atau rumah makan.
    Sekali waktu perlu mendekat ke alam agar anak-anak bisa merasakan betapa indahnya ciptaan Sag Khalik.
    Reportase yang lengkap dan ciamik jeng.

    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya itulah pakde...
      Kami memang ingin agar saya, suami dan anak-anak bisa mensyukuri apa-apa yang sudah kami dapat dengan banyak cara.
      Camping ini adalah salah satunya. Saya pribadi bisa merasakan kemandirian anak-anak muncul pada saat dalam keadaan seperti itu. Semoga bisa menjadi pembelajaran yg positif bagi mereka.

      Hapus
  2. Merinding saya pas baca mbak sekeluarga berjamaah di sana, bukan merinding takut melainkan takjub. Membayangkan andai saya bisa melakukan hal yang sama bersama keluarga saya di sana. Pasti indah nan syahdu. Tapi Aa Zaki baru setahun, jd belum bisa di ajak kemping2.

    Gunung Salak memang menjadi tempat yang asyik utk wisata alam di daerah Bogor.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga masih suka berdebar kalau liat foto itu Kang... Ingat apa yang saya rasakan waktu menjalaninya.

      Nanti kalau Aa Zaki sudah agak besar, bisa tuh diajarin camping... tapi... apa Abynya kuat tuh...? wkwkwkwk...

      Hapus
  3. Hmmmm....
    seru banget, apalagi sama keluarga gini....

    jadi ingat waktu camping tp sama teman2...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru bangeeeet Kiiiii....
      Bikin nagih tauuu.... hehehe...

      Hapus
  4. 3 tenda apa muat buat 3 keluarga itu? apalagi yg satu kan keluarga besaaaarrr (ga ikut semua padahal:) Kok kayaknya kecil gitu tendanya. Kirain bikin tenda kayak yg dibikin BNPB yg kokoh luas ala tendanya Julius Caesar...

    Btw, kirain masaknya pake kayu bakar, lha kok mbawa kompor dan tabung gasnya sekalian. Apa nggak ribet tuh Mbak bawa banyak alat2 berat? :p

    Trus kasian juga ya kalau ibu2 cuma kebagian ngurus logistik jadi ga bs ikutan liat2 pemandangan alam sama bapak2 dan bocah2....Mungkin ini peluang baru, tar saya mo buka catering khusus org2 yg berkemah hehe--walaupun dijamin mengurangi kenikmatan kemah. asyik lagi kalo masaknya pake kayu bakar ya...tapi rada ribet dan lama :)

    Bawa bayi tentu agak ribet ya Bun, moga2 kapan2 bisa bergabung dan menikmati suasana alam. Foto terakhir memang "syahdu"--auranya mistis melebihi aura kasih--halahhhh....

    Jempol buat tim kemahnya..Saluut!!! Liburan yg sungguh menyenangkan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. bapak-bapaknya sudah niat tidur di luar tenda. Muat kok tendanya. Biar kecil gitu muat lho 4-5 orang tidur didalamnya.

      Masak pakai kayu bakar malah lebih ribet bawa kayunya. Mesti bawa banyak dan itu lebih memakan tempat juga tenaga. Belum lagi kayu untuk api unggun. Yang bisa dikumpulkan disana kan cuma ranting pohon yang jatuh. Jadi kayu kita beli/bawa sendiri. Bisa penuh mobil cuma utk kayu aja. Bawa kompor gas ya biar praktis aja. Mau masak mie instan atau seduh minuman panas juga ga ribet.

      Ibu-ibu punya cara sendiri untuk menikmati pemandangan. Lagian harus ada yang menunggu tenda dan barang-barang. Tidak mungkin semua pergi.

      Nantilah kalau Bumi sudah bisa jalan. Fanni dulu mulai kami ajak camping umur 2 tahun.

      Hapus
  5. kapan ya aku terakhir champing? udah lama banget rasanya.... kapan kapan aku ikutan ya bund, atau bunda n family yang champing di sini... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuu mas Ridwan.... lebih gampang mas Ridwan yang gabung ke Jakarta dari pada keluarga saya menyerbu surabaya buat camping.

      Hapus
  6. aduh, itu unyu2 banget, senangnya kalo sekeluarga suka camping kaya gini.

    keren, bunda!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eehh.. unyu-unyu tuh kayak gini toooh... hehehe...

      Keren dan seru lhoo..

      Hapus
  7. kebersamaannya dpt bangett,,, jd ngiri dehhh...
    ajak-ajak aku ya bun kalo camping lagi hihihi

    BalasHapus
  8. Subhanalloh, shalat berjamaah mampu mendatangkan rasa penghambaan yang mendalam karena terdukung kondisi alam dan lingkungan. Semoga ini memberikan bekas yang bermakna setiap kali kita shalat dimanapun berada.
    Kalo saya mengisi liburan sekolah biasanya pulang kampung ke rumah orang tua di lereng gunung semeru. tanpa tenda, tapi suasananya sangat nyaman, sejuk dan mendatangkan kenikmatan jasmani dan ruhani

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam sekali maknanya mas Djangkies...
      Kami pernah mengajak anak-anak camping di pulau, dan mengambil air wudhu dari air laut. Pengalaman pertama itu sungguh menakjubkan. Ditambah lagi sholat di tepi pantai, dengan angin yang bertiup cukup kencang. Hingga kami harus meletakkan batu pada tiap sudut sajadahnya.
      Subhanallah... Maha Kuasa Allah betul2 terasa KebesaranNya.

      Hapus
  9. subhanallah.. sangat terharu lihat foto yang dibawah,,
    kebanyakan orang camping, karena ke asyikan malah lupa shalat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. InsyaAllah tidak lupa. semoga akan selalu diingatkan utk menegakkan sholat dimanapun berada.
      Mmg bawaan peralatan sholat ini cukup memakan tempat, tapi ini justru yg wajib dibawa. Kalau yg lain2 kelupaan ga apa2m

      Hapus
  10. Suasana photo yang diatas2 masih biasa
    tapi dua photo yang terakhir yang luar biasa...

    "Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami berikanlah ampunan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Ya Rabbal Alamiin...
      Doa yang indah sekali mas Insan..

      Hapus
  11. nah ini liburan keluarga yang asyik dengan kemping tidak hanya ke mall ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah mbak Lidya...
      Biar ada suasana baru. Membuang kejenuhan.

      Hapus
  12. kalau begitu anak2 sudah terbiasa camping ya...
    senang dan membahagiakan, apalagi kumpul dengan teman lama dan keluarganya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami sudah ada 4 kali camping keluarga.
      Alhamdulillah anak-anak satu jiwa kalau soal ini.

      Hapus
  13. Asyik tenan iki bund....
    wah biasa kami ngga camping bund...
    hanya main-main kepegunungan aja...
    biasanya kalau lama ngga main-main mesti nanya kapan ke gunung...
    hehe

    Salam

    Kunjungan malam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang asyik tenan kok ini mas Ahmad Fauzi...
      Trimakasih kunjungannya.

      Hapus
  14. Hedeeewww, membaca cerita serunya camping Mbak NIken bareng 3 keluarga, jd bikin saya melow. Beberapa waktu lalu saya sdh fixed mau camping di kaki merbabu, tapi karena sang leader-nya 'mendadak' teken kontrak kerja baru jd deh rencana keming jd gagal total. Trs kapan Saia bisa pny pengalaman kemping seru begiini yaaaa....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaahhh... sayang banget ya mbak Ririe...
      Harus diatur lagi tuh mbak rencananya biar jadi... hehehe... ikutan merasakan kecewanya...

      Hapus
  15. asik bgd ya bun...kemping seru dg para sahabat. kpn itu bs mimi alami yak hehe

    keluarga seru..nan islami. ttp ingat Allah dimnpun berada....

    smg kmi bisa mencontoh keluarga idaman ini ya Robb..mks shareny bundaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti bisa kalau semua mendukung. Acara begini harus kompak. Semua memang mau. Kalau ada yg terpaksa bakal banyak keluhan di lokasi.

      Trimakasih ya Mimi...

      Hapus
  16. mengenalkan kemandirian kpd anak2.. suami sekalia reuni ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya betul mbak Myra...
      ayah ibu senang, anak bahagia...
      Insya Allah...

      Hapus
  17. Weewww... nice blog sista. And nice moment with family....

    BalasHapus
  18. asik banget mba...mpe terharu dibuatnya diakhir paragraf.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang asyik... malah asyik banget...

      Makasih ya mbak Astin

      Hapus
  19. asyik tuh,,, aku belum pernah camping digunung :(

    pernah camping tapi malah gak karu2an

    BalasHapus
    Balasan
    1. Camping itu semakin ga karuan semakin asyik... lho...masak siih....

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.
 

Pena Bunda © 2008. Design By: SkinCorner