Astri sudah kelas 3 SMP. Waktunya dia mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian nasional. Rapat orang tua murid dan guru hari Jum'at lalu membicarakan program pendalaman materi yang akan dijalankan pihak sekolah. Tentu saja diharapkan akan ada kerja sama yang baik antara sekolah dan orang tua demi keberhasilan anak-anak.
Sejalan dengan itu, aku sekarang ini lebih memfokuskan perhatian kepada Astri. Terutama mengingat Astri agak tertutup dan emosional kalau sedang merasa terbeban oleh sesuatu. Aku ingat sekali akan kegalauan Astri ketika akan menghadapi ujian nasional SD 3 tahun yang lalu. Begitu cemasnya dia menghadapi hari-hari sekolahnya. Dan ketika itu aku berhasil membantunya bangkit dari rasa gelisah itu dengan membuat afirmasi-afirmasi.
Kali ini pun aku membantu Astri untuk kembali membuat afirmasi-afirmasi baru. Walau saat ini Astri tidak sedang galau atau tertekan menghadapi persiapan-persiapan ujian nasionalnya. Mungkin karena masih jauh waktunya. Jadi intensitas belajar juga belum terlalu padat. Jadi Astri masih bisa relaks. Nah.. mumpung Astri masih bisa enjoy dengan belajarnya, makanya aku mengajaknya membuat afirmasi target sekarang ini. Supaya waktu yang dia pakai untuk mencapai target itu cukup panjang.
Dan inilah obrolan kami tadi pagi:
B : "Kayaknya udah saatnya Astri membuat asfirmasi target nilai dan sekolah tujuan."
A : "Iya nih bun... mau ditargetin nilai berapa ya...? Bunda pengen aku masuk SMA mana...?"
B : "Wah... jangan tanya bunda kepengen SMA mana. Yang mau sekolah kan Astri. Astri juga tahu mana sekolah yang bagus. Coba bunda pengen tahu Astri pengen kemana?"
A : "Aku nggak mau masuk ke 78 bun."
B : "Kenapa? Kan itu sekolah bagus dan jaraknya dekat sekali dengan rumah kita."
A : "Aku takut disana terlalu keras belajarnya, takut stress, ngga ada waktu buat main, yang ada belajaaaar terus."
B : "Ok... buat bunda 78 bukan tujuan utama. Kalau itu hanya akan menambah beban belajar kamu sekarang. Kalau gitu afirmasi targetnya adalah pada nilai maksimal saja. Sebab yang namanya target itu harus kita buat setinggi mungkin. Kalau SMA paling unggul sudah bukan tujuan, bisa-bisa kamu nanti kendor belajarnya. Ah... ngga ke 78 ini... santai aja deh.... Bisa begitu pikiran kamu nanti. Kalau nilai tinggi bisa diraih, Astri bisa leluasa memilih sekolah nantinya"
A : "Iya bun... bikin target nilai aja. Bunda mau aku nilai berapa...?"
B : "Kok bunda lagi yang buat target. Kalau bunda yang buat target pasti setinggi mungkin. Tapi apa kamu setuju dan tidak merasa terbeban nantinya. Jadi Astri yang tetapkan sendiri. Dengan begitu kamu akan berusaha mencapainya dengan sepenuh hati. Karena itu kemauan kamu. Target kamu. Bukan target bunda."
A : "Ya bunda. Aku ngerti."
B : "Lebih bagus lagi kalau kamu buat target nilai masing-masing pelajaran. Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, Bahasa Inggris, masing-masing ditetapkan targetnya."
A : "Ok... Aku target NEM ku 40...! Berarti semua pelajaran aku target dapat 10"
B : "Woow...! Bagus banget itu Astri! Kamu menyebut angka itu, buat bunda itu sudah sebuah keberanian."
Dalam hati sebetulnya aku kaget dengan angka yang ditetapkannya itu. Tapi yang harus aku lakukan adalah mendukung dan menyemangatinya. Astri sekarang ternyata sudah berbeda dari Astri 3 tahun yang lalu. Kalau dulu dia terlihat rapuh, sekarang sudah terlihat lebih kuat. Hmmm... koleris juga rupanya dia.
B : "Segera buat afirmasi nilai itu nak. Buat angka-angka itu diatas beberapa kertas. Tempel di tempat-tempat yang Astri mudah lihat. Supaya bisa memacu semangat kamu. Jangan lupa perbanyak berdoa. Jangan tinggalkan sholat. Kerjakan tahajud. Sebab setinggi apapun target Astri, seberapapun kerasnya usaha Astri, tanpa ijin Allah, tak akan bisa tercapai."
A : "Bunda bantu aku ya. Bangunin aku tahajud."
B : "Pasti bunda bantu Astri. Kita kerjakan bagian kita masing-masing dalam mencapai target itu. Tugas ayah dan bunda memfasilitasi kebutuhan kamu untuk mencapainya. Menyiapkan makanan sehat dan suplemen buat kesehatan kamu dan lain-lain. Satu hal yang harus Astri ingat... Bicara sama bunda kalau ada masalah. Apapun itu. Jangan dipendam sendiri."
A : "Siap bunda. Deal ya bun...!"
B : "Deal...!"
Dan kamipun berpelukan. Senangnya bisa mengajak anak-anak mendiskusikan sesuatu. Melibatkan anak-anak dalam mengambil keputusan membuat mereka merasa dihargai dan ikut menentukan arah masa depan mereka. Mereka tidak merasa bahwa mengerjakan sesuatu itu karena kemauan orang tua semata.
Semoga Astri diberi kemudahan dan kekuatan juga kesehatan untuk bisa mencapai afirmasi targetnya itu.
Semangat.. :D
BalasHapusyang pasti nilai bukan tujuan utama, ilmu lah yang tidak bisa terhapus dengan masa maupun air hujan, nah kalau nilai berjalannya waktu tertumpah air pasti terhapus :)
Semangat buat Astri... ;)
nilai saya juga jelek :D tapi tujuan saya bukan nilai tapi ilmunya :D
Setuju nilai bukan tujuan utama. Tapi dalam sebuah ujian tetap harus ada nilai yang ingin kita raih. Itu menentukan seberapa besar usaha kita. Kalau kita sdh buat target, berusaha maksimal, tp hasilnya tdk sesuai yang diharapkan, ya ga apa-apa. Yang penting dalam hidup kita harus buat tujuan yg hrs kita raih. Agar langkah kita terarah, agar kita tau hendak kita bawa kemana hidup ini.
HapusSetuju bunda :D
HapusYang penting proses dalam mencapainya. Karena disitulah kegigihan dan perjuangan kita. Terbiasa dengan hal demikian, maka akan membatu kita membuat target yg lbh besar lagi.
HapusWah ibu niar musti baca ini, sapa tau bisa diterapik ke adek niar yang sama2 kelas 3 smp juga bunda :D
BalasHapusMakasih bunda niken :D
Eh.. kebetulan sama ya Niar... Semoga adik Niar sukses dengan UANnya. Salam buat ibu ya...
Hapusikutan dong berpelukannya mbak :) semoga dengan adanya affirmasi bisa memacu belajarnya ya untk bisa mendapatkan hasil yang maksimal
BalasHapusAamiin...
Hapusyuuk sini mbak Lidya berpelukan...
harus contoh ini untuk membuat target novel...........
BalasHapus22 des sebentar lg........
cemunggud......
#masih pesimis bun..... :'(
Jangan pesimis Fie...
HapusSemangat terus yaaa...
Tinggal dikit lagi thooo...
jgn berkata sedikit lg bun, udah buyar ini kepala........
Hapususaha aja dulu.....
hasil akhir itu urusan nanti.........
maju teruuussss.. fieee...!!
Hapuskeren.
BalasHapuskita mesti optimis, #optimism
betul....! Harus optimis.
HapusBerusaha, berdoa...tak ada yg tak mungkin atas kehendak Allah.
Selama ikhtiar dijalankan, pasti ada jawaban terbaik Bun... Salam buat Astri ya...
BalasHapusWaktu UAN SD, Alhamdulillah Astri bisa mencapai target afirmasinya. Bahkan lebih dari target yang dibuatnya.
HapusTrimakasih mas Roni...
1. Dalam pendidikan,ilmu memang harus diserap dan dimengerti sebaik mungkin karena ilmu itu akan menjadi bekal kita. Namun hasil penyerapan ilmu itu harus juga ngejawantah dalam nilai ujian karena nilai itu secara formal diperlukan agar lulus pada posisi yang baik.
BalasHapusSama halnya kalau kita jago stir mobil yang pandai meliuk-liuk di jalan raya.Sehebat apapun mengemudi tetapi tidak punya SIM, ya tetap saja salah,bukan. So nilai yang baik harus tetap bisa diraih dengan usaha keras dan doa yang tak putus-putus.
2. Anak-anak memang harus bisa belajar dengan nyaman agar penyerapan ilmunya maksimal dan hasilnya bagus, namun juga masih ada waktu baginya untuk bermain dan bersosialisasi dengan lingkungan. Sebuah sekolahan yang padat kegiatan dan terlalu ketat memang bisa menimbulkan kejenuhan bahkan stress.
Seorang anak juga bisa terjangkit perasaan minder jika 98% sahabatnya adalah anak orang2 yang bergaya wah.
3. Afirmasi bukan hanya dilafadzkan atau ditulis dan ditempel di mana-mana. Saya pernah diajari oleh sesorang yang menganjurkan kita juga membayangkan sesuatu yang kita inginkan, sambil berdoa. Misalnya, ketika berdoa kita bayangkan sedang bergembira dan tersenyum karena nilai ujian kita 10 semuanya.
4. Benar, usaha keras tanpa ijin dariNYA bisa saja kurang maksimal hasilnya. Oleh karena itu pendekatan kepada Allah Swt harus terus-menerus dilakukan melalui sholat, dzikir dan doa.
5. Semogaa nak Astrid berhasil dalam studi dan kehidupannya dalam jalan yang diridhoi Allah Swt. Amin
Amanat selesai.
Salam hangat dari Surabaya
Waahhh... apa perlu tulisan saya diedit ditambahi keterangan dari pakde nih... Makin lengkap dengan tambahan dari pakde ini.
HapusPakde adalah contoh dari keberhasilan pendidikan. Tekad, kemauan, ikhtiar, do'a... berjalan beriringan membawa kepada suksesnya kehidupan. Kalau pakde bisa mengatakan semua itu, dasarnya adalah pengalaman yang sudah pakde jalankan.
Trimakasih buat nasehat2nya pakde. Juga do'a buat Astri. Semoga Allah mengabulkan. Aamiin.
ih jadi kangen pengen diskusi ama anak
BalasHapustapi Aa Zaki belum bisa diajak diskusi :D
Iya dong Aa Zaki belum bisa diajak diskusi... makanya main ke rumah atuh kang... ntar diskusi sama anak2 saya... :)
Hapusasik ya kalau anak udah gede diskusi lebih santai btw, semoga targetnya tercapai....
BalasHapusSupaya mau diajak diskusi, biasakan dr kecil diajak ngobrol ringan. Bukan sekedar kita bertanya anak menjawab, tp juga sebaliknya.
Hapusini artikel yang mantabs emank anak anak itu yang diperlukan adalah afirmasi agar anak selalu bersemangat dalam belajar
BalasHapusTapi tetap hrs dipantau kedepannya, apakah dgn target itu nantinya anak jd mrs terbeban.
Hapussemoga ada kemudahan utk Astri ya mbak
BalasHapusAamiin...
HapusMakasih mbak Myra... :)
menentukan target memang perlu. kalau tidak begitu, anak akan santai-santai dan tidak terlalu serius memikirkan masa depannya nanti. dan penentuan target, memang harus sepenuhnya didukung oleh orang tua.
BalasHapusbanyak siswa saya yang belum memiliki target kelulusan, padahal terhitung sejak hari ni, tinggal 7 bulan mereka akan lulus SMP. sayang sekali bagi saya, apalagi kalau tahu orang tuanya cuek-cuek aja anaknya mau masuk mana ntar SMAnya..
Betul mbak... Agar belajar anak2 menjadi terarah dan anak terbiasa menetapkan tujuan.
HapusBundanya Astri keren sekali...:) Selamat berjuang utk Mb Astri..Insya Allah doa-doa affirmasinya terkabul ya...
BalasHapusAstri sdh mulai melakukan afirmasi ini sejak 3 tahun yang lalu ketika mau UAN SD. Alhamdulillah atas ijin Allah bisa melewati targetnya.
HapusTrimakasih untuk doa dan supportnya. Semoga Allah mengabulkan.
Bunda yang bijak banget...
BalasHapusmakanya tidak ragu sedikitpun menitipkan Devon..
Jadi inget Devon pas menjelang UAN klas VI dulu
belajar sampai malem, jam tiga bangun belajar lagi
buat kakak Astri, tetap semangat ya...
jangan mau jadi orang biasa, harus yg luar biasa
Seorang bunda sederhana ini, menerima dengan senang hati andai Allah menitipkan Devon pada saya.
HapusMakasih supportnya mas...
Memang diskusi atau komunikasi dengan anak harus sering teralin, sehingga anatara ortu dan anak tau apa kelemahan dan kekurangan mereka....Bagus mbak artikelnya...
BalasHapusBetul mbak Erfi...
Hapuskita perlu mensupport anak-anak. Tidak perlu menekan mereka.